LAPORAN DARI FILIPINA

MILF Damai dengan Pemerintah, BIFF Tetap Angkat Senjata

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 13 Jan 2016 14:30 WIB
Tak sepakat dengan perjanjian damai yang ingin dicapai oleh MILF dan pemerintah Filipina, BIFF memilih lepas, dan terus melancarkan serangan hingga kini.
Berbagai wilayah di Mindanao masih dijaga ketat militer karena masih bergejolak. (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir)
Jakarta, CNN Indonesia --
Tepat pada malam Natal lalu, ribuan warga di beberapa desa di Maguindanao, Filipina, berlarian keluar rumah. Kelompok Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF) melakukan rangkaian serangan yang akhirnya menewaskan sebelas orang.

Hingga kini, ribuan warga setempat masih mengungsi dan tak mau kembali lantaran takut akan teror lanjutan meskipun keadaan sudah berangsur damai.

BIFF memang merupakan salah satu kelompok separatis yang masih sering melakukan serangan terhadap pemerintah demi mendirikan negara Islam di Kepulauan Mindanao di selatan Filipina. Semangat ini tak pernah padam sejak 2008, ketika BIFF masih menjadi bagian dari kelompok separatis terbesar di Filipina, Moro Islamic Liberation Front (MILF).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kala itu, tak lama setelah MILF meneken Memorandum of Agreement on Ancestral Domain (MOA-AD) sebagai salah satu upaya damai dengan pemerintah Filipina, pemimpin pasukan bersenjata dari kelompok separatis tersebut, Umbra Kato, justru menggalang kekuatan untuk menyerang warga sipil.
Kato tak terima MILF mau berdamai dengan pemerintah demi mendapatkan sekadar perluasan daerah otonom dan kekuasaan di Mindanao. Semangat Kato masih berkobar untuk mendapatkan negara Islam independen dengan entitas Bangsamoro. Ia pun memutuskan untuk melanjutkan perjuangannya di bawah bendera baru, BIFF. Sejak saat itu, Mindanao tak pernah sepi dari teror BIFF, mulai dari penembakan hingga pengeboman. 

Kato sendiri tewas pada April 2015 karena sakit. Raganya boleh mati, tapi semangat Kato terus hidup dalam BIFF. 

Kini, ketika pemerintah dan MILF sudah menyepakati perjanjian damai terbaru dengan hasil berupa rancangan Hukum Dasar Bangsamoro (BBL), BIFF masih bertekad terus memperjuangkan satu negara Islam yang independen.

"Kami tidak ingin BBL karena tidak berguna dan tak ada artinya bagi kami. Kami akan terus melakukan perlawanan bersenjata sampai kami mendapatkan negara independen," ujar Juru Bicara BIFF, Abu Misri, kepada CNN Indonesia.

Meskipun belum mengetahui strategi yang akan diterapkan untuk mendapatkan kemerdekaan, Misri sangat yakin BIFF bisa mewujudkan impian para leluhur gerakan separatis di Filipina.

"Kami harus menjalankannya dengan bertahap. Saya belum tahu tahapan-tahapannya, tapi saya akan belajar sedikit demi sedikit dengan bantuan ulama, Insya Allah kami akan membangun negara Islam. Di dalam Al-Quran, ada tertulis bahwa akan ada pihak-pihak yang membantu untuk mendirikan negara Islam," ucap Misri.
Dugaan ikatan BIFF dengan ISIS

Bicara mengenai negara Islam, di belahan Bumi lain, tepatnya Irak dan Suriah, kelompok militan ISIS juga sedang membangun khalifah. Kini, mereka sudah berekspansi ke berbagai negara, termasuk Filipina.

Menurut data intelijen Filipina, ada beberapa kelompok yang menganut paham atau bahkan berbaiat kepada ISIS di negara tersebut. BIFF pun disebut-sebut memiliki hubungan dengan ISIS dan beberapa kelompok teror lain dari mancanegara.

Masalah BIFF dan ISIS inipun menggagalkan rencana pertemuan CNN Indonesia dengan Misri. Awalnya, semua berjalan lancar hingga akhirnya seorang pria bersenjata menghadang mobil sewaan CNN Indonesia tepat di depan pos pengecekan Moro Islamic Liberation Front (MILF) yang memang harus dilalui untuk menuju tempat janji temu.

"Jadi kalian yang ditunggu-tunggu," kata komandan pos tersebut kepada Marconi Navales, jurnalis senior Filipina yang membantu CNN Indonesia untuk bertemu dengan Misri.

Marconi Navales berhadapan dengan komandan pos penjagaan MILF menuju kamp BIFF. (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir)
Setelah berdiskusi sekitar 15 menit, Marconi tiba-tiba masuk ke dalam mobil dan berteriak, "Mundur! Sekarang juga!"

Sang sopir pun langsung tancap gas ke markas militer pemerintah tak jauh dari pos penjagaan tersebut. Tak lama, dua mobil putih memasuki pelataran parkir markas militer tersebut. Dari jendela yang seperempat terbuka, terlihat sosok berkacamata hitam.

"Dia adalah komandan MILF tertinggi. Tunggu di sini. Biar saya bicara dengannya," kata Marconi.

Setelah sekitar 20 menit, Marconi keluar markas dengan wajah tertekuk. "Ada masalah dengan BIFF. Kita tidak bisa wawancara mereka di sekitar wilayah MILF," ucap Marconi.

Sambil menyuruh sopir tancap gas, Marconi lantas menceritakan kembali apa yang disampaikan oleh komandan tertinggi tersebut.
Pagi hari itu, warga sekitar melaporkan kepada MILF bahwa ada beberapa anggota BIFF yang mengenakan kaos ISIS sambil mengibarkan bendera hitam khas kelompok teror tersebut. Ketika ditanya, mereka mengaku sedang menunggu seseorang.

Nampaknya, kata Mark, mereka ingin menarik perhatian dari orang yang ditunggu, yaitu CNN Indonesia. "MILF tidak mau media menyorot oknum tak bertanggung jawab memakai ornamen ISIS dan mengatakan bahwa di wilayah MILF ada ISIS. Itu tidak bisa dibiarkan karena MILF sedang dalam upaya damai dengan pemerintah," tutur Marconi.
 
Isu keterkaitan BIFF dan ISIS juga menyeruak sejak 2014, ketika AFP melaporkan bahwa Misri mengatakan BIFF memiliki aliansi dengan ISIS dan Abu Bakr al-Baghdadi, seperti dikutip banyak media Filipina.

Saat dimintai keterangan melalui sambungan telepon Misri hanya berkata, "Tak usah pedulikan mereka. Bagi kami, BIFF memiliki nama sendiri untuk membuktikan bahwa mereka adalah Bangsamoro. Kami tidak membutuhkan dukungan dari luar karena mereka tidak mengetahui kondisi nyata di sini. Kami tidak butuh karena menurut saya, ini adalah jihad. Jihad berarti berjuang sendiri."
BIFF hanya ingin negara Islam independen

Misri pun mengaku, sebenarnya tak menutup pintu bagi pemerintah untuk pembicaraan damai. Namun, BIFF akan tetap teguh pada pendiriannya, yaitu kemerdekaan di Mindanao.

"Jika pemerintah menawarkan negosiasi, kami mau. Namun, kami tidak akan memulai negosiasi. Kalaupun ada negosiasi, kami tetap menginginkan negara independen. Jika pemerintah menawarkan yang lain, terima kasih. Kami tidak butuh," ucap Misri geram.

Ketua Panel Perdamaian dari MILF, Mohagher Iqbal, menyayangkan sikap keras dari BIFF dan beberapa kelompok separatis lainnya yang menolak hasil perjanjian damai ini, termasuk Abu Sayyaf.

"BBL itu sangat inklusif. Bukan hanya untuk Islam, tapi Kristen juga. BIFF dan Abu Sayyaf adalah keluarga. Mereka akan diuntungkan dengan ini. Namun, mereka tidak dapat diikutsertakan karena mereka menolak bergabung. Mereka tidak percaya dengan pembicaraan damai. Abu Sayyaf percaya penculikan, BIFF percaya dengan perang terhadap pemerintah dengan pasukan bersenjata," tutur Iqbal dengan dahi mengernyit.
Iqbal pun mengakui bahwa walaupun BBL disetujui, pemerintah nasional dan daerah otonom Bangsamoro nantinya masih akan menghadapi tantangan besar untuk meredam kelompok separatis dan teroris.

Kendati demikian, Iqbal yakin bahwa segala aspek usulan dalam BBL dapat menjadi fondasi kuat bagi Bangsamoro untuk bertahan dari terpaan kelompok separatis lain.

"Ada beberapa faktor untuk mengatasi itu. Pertama, harus ada hukum yang baik. Kedua, orang yang memimpin adalah orang yang baik, efisien, terpercaya, dan kompeten. Ketiga, polisi yang kuat. Keempat, sistem pengadilan yang baik. Semuanya terangkum dalam BBL," ucap Iqbal.

Pemerintah nasional sendiri juga sebenarnya sudah melancarkan operasi untuk melumpuhkan BIFF. Salah satu strategi yang digagas adalah Operasi Kuda Hitam yang sudah dimulai sejak Januari 2014 lalu.

"Banyak pemimpin BIFF ditahan di operasi terakhir. Umbra Kato meninggal dunia karena penyakit jantung. Lebih dari 100 tewas dalam operasi terakhir. Masih terus berlanjut karena mereka juga masih menyerang militer, tapi mereka kecil. Perkara mudah sebenarnya, kita terus berusaha," papar Ferrer.
(stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER