Jakarta, CNN Indonesia -- Bus itu terlihat biasa saja, hanya ada retakan di jendelanya, berdebu, dan beberapa tombol hilang dari dasbor. Namun menurut
CNN, ketika penumpang masuk ke bus itu, mereka tahu bahwa semua orang di dalamnya sudah membayar satu tiket menuju kematian.
Dari stasiun bus gelap dan berdebu di bawah jalan layang di pusat Beirut, kendaraan itu akan menuju Raqqa, Suriah, tempat yang kini dideklarasikan oleh ISIS sebagai ibukota mereka.
Dengan waktu tempuh 24 jam, mereka akan memulai perjalanan dari Beirut, melintasi perbatasan daerah yang dikuasai rezim Bashar al-Assad di Damaskus. Bus akan terus tancap gas menuju Palmyra, daerah yang sudah direbut oleh ISIS, sebelum akhirnya tiba di Raqqa.
Sembilan penumpang yang ditemui CNN memiliki pendirian kuat mengenai dua hal. Pertama, ISIS akan mengizinkan mereka memasuki Raqqa. Kedua, mereka tidak mau wajahnya tersorot kamera dan nama aslinya diungkap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka menikmati isapan rokok terakhir. ISIS melarang rokok. ISIS juga melarang musik dan banyak hal lain yang biasa ditemukan dalam kehidupan modern. Jika ada yang melanggar aturan, mereka akan dicambuk, bahkan dipenggal.
Pemeriksaan ISISUntuk menghilangkan bau asap, mereka mencelupkan jari ke dalam parfum dan membuang semua rokok. Semua musik, gambar, dan nomor teman yang dekat dengan rezim Suriah pun dihapus dari ponsel. ISIS akan memeriksa semua hal rinci tersebut.
Seorang manajer bus kemudian muncul dan menjelaskan aturan dari perjalanan ini, meskipun ia sendiri tak pernah mencapai garis akhir.
"Perempuan yang tidak berpakaian sopan akan dikirim ke pelatihan Islam. Dia, tentunya, harus ditemani oleh seorang pria," katanya.
Melanjutkan penjelasannya, ia kembali berkata, "Pria harus membiarkan janggutnya tumbuh panjang dengan kumis dicukur. Celana tidak boleh ketat dan harus dipotong pada ukuran tertentu dari sepatu. Namun, ISIS mengetahui ketika orang berjalan, semuanya tak harus terlihat seperti itu, jadi tak mengapa."
Bus itu selalu kembali tanpa penumpang di dalamnya. ISIS sangat jarang mengizinkan orang keluar. Sudah jelas, semua penumpang akan menuju medan kematian. Namum, setiap penumpang juga memiliki alasan tersendiri untuk menaiki bus itu.
Satu kelompok penumpang bus tersebut bahkan memiliki alasan spesifik yang tak berhubungan dengan militan. Mereka membawa jasad kerabat yang meninggal karena serangan jantung untuk dikuburkan di kampung halamannya.
Mereka menyeka air mata. Proses repatriasi ini bagai mimpi buruk bagi mereka. Jadwal ketibaan itu terlambat lantaran mereka harus mengurus surat-surat agar jasad itu dapat dibawa keluar dari Libanon.
BahayaMeskipun hanya di dalam bus, kejadian di luar membuat suasana terus mencekam. Terkadang, deru jet tempur yang terbang rendah terdengar sangat dekat. Peluru penembak jitu juga kerap bersarang di badan bus. Namun, sopir akan terus tancap gas.
"Sebuah pesawat kemungkikan [akan menjatuhkan bom] tak jauh dari bus. Ini normal. Tak ada yang mengetahui dari arah mana datangnya serangan dari penembak jitu. Saat itulah penumpang akan panik," kata manajer bus itu.
Setelah tiba di Raqqa, sangat kecil kemungkinan orang dapat keluar. Namun, bukan berarti tak mungkin.
Seorang pria menceritakan kepada CNN bahwa orang yang sakit terkadang diberikan waktu 15 hari untuk mencari perawatan medis. Jika mereka terlambat pulang, rumah dan properti akan disita oleh ISIS.
Meskipun bersyukur dapat sesekali keluar dari Raqqa, seorang pria mengungkapkan kesedihannya melihat keadaan kampung halamannya itu.
"[Raqqa] dulu adalah surga saya. Kini, [semua kesengsaraan] membuatnya menjadi neraka bagi saya," katanya.
(den)