Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian luar negeri Turki menuduh Rusia melakukan "kejahatan perang dengan jelas" menyusul serangan rudal yang diyakini milik Rusia menghantam sejumlah fasilitas kesehatan dan sekolah di Suriah utara, menewaskan hampir 50 orang.
Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu menyatakan rudal Rusia menghantam sejumlah bangunan, menyebabkan banyak korban sipil, termasuk anak-anak, tewas. Menurut laporan PBB, 50 orang tewas ketika rudal menghantam setidaknya lima fasilitas medis dan dua sekolah di daerah yang dikuasai pemberontak Suriah pada Senin (15/2).
PBB menyebut serangan rudal itu merupakan pelanggaran yang jelas terhadap hukum internasional.
Di kota Azaz saja, menurut keterangan pekerja medis dan warga setempat, setidaknya 14 dilaporkan tewas ketika rudal menghantam sebuah rumah sakit anak-anak dan sebuah sekolah yang menjadi tempat pengungsian warga yang melarikan diri dari perang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kota Azaz merupakan tempat yang dikuasai oleh pemberontak Suriah dan hanya berjarak beberapa kilometer dari perbatasan Turki. Puluhan ribu warga Suriah dari sejumlah wilayah melarikan diri dan berlindung di kota ini sebagai pengungsi.
Selain di Azaz, serangan rudal juga menghantam sebuah rumah sakit di kota Marat Numan di provinsi Idlib, wilayah selatan Aleppo.
"Kami telah memindahkan sejumlah anak-anak yang berteriak dari rumah sakit," kata petugas medis Juma Rahal, sembari menambahkan bahwa setidaknya dua anak tewas dan puluhan korban luka dilarikan ke Turki dengan ambulans untuk menjalani perawatan medis.
Lembaga amal medis, Dokter Lintas Batas atau Medecins Sans Frontieres (MSF) menyatakan bahwa setidaknya tujuh orang tewas dan delapan staf mereka hilang setelah empat rudal menghantam sebuah rumah sakit yang mereka dukung di provinsi Idlib di wilayah barat Aleppo, dalam insiden terpisah.
"Pelaku serangan udara jelas, pemerintah [Suriah] atau Rusia," kata Presiden MSF, Mego Terzian.
Namun, tuduhan itu dibantah oleh Menteri Kesehatan Rusia, Veronika Skvortsova, yang menyatakan serangan udara Rusia menargetkan infrastruktur kelompok militan ISIS.
Skvortsova tidak percaya bahwa jet tempur Rusia membombardir sejumlah tempat sipil di Idlib.
"Kami yakin bahwa tidak mungkin [serangan] itu dilakukan oleh pasukan pertahanan kami. Ini bertentangan ideologi kami," katanya di Jenewa.
Sementara, Duta Besar Suriah untuk Rusia mengklaim bahwa jet tempur Amerika Serikat bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Penasehat keamanan nasional Gedung Putih, Susan Rice pada Senin mengutuk serangan pengemboman intensif di Suriah utara. Rice menambahkan bahwa serangan itu berlawanan dengan komitmen untuk mengurangi aksi kekerasan yang disepakati oleh sejumlah negara besar di Munich, Jerman, pekan lalu.
Sementara itu, serangan ofensif Rusia di Suriah dan milisi Syiah yang didukung Iran membawa tentara Suriah ke wilayah sekitar 25 km dari perbatasan Turki. Milisi Kurdi-Suriah, YPG, berusaha merebut sejumlah wilayah di perbatasan yang terbentang sepanjang 100 km itu.
Turki sendiri meluncurkan tembakan selama tiga hari berturut-turut pada Senin untuk mencoba menghentikan pejuang YPG merebut kota Azaz, yang berjarak hanya 8 km dari perbatasan. Ankara takut milisi Kurdi, yang didukung oleh Rusia, berhasil merebut kota itu,
"Kami tidak akan membiarkan Azaz jatuh. Jika mereka mendekati lagi, mereka akan menerima reaksi paling keras," ujar Davutoglu.
Dewan Keamanan PBB akan membahas serangan Turki ke sejumlah target di Suriah utara atas permintaan Rusia pada Senin.
Kebuntuan upaya masyarakat internasional untuk mengatasi perang saudara di Suriah meningkatkan risiko konfrontasi langsung antara Rusia dan Turki, yang merupakan negara anggota NATO.
Hubungan antara Moskow dan Ankara memburuk setelah militer Turki menembak jatuh pesawat perang Rusia pada November lalu yang terbang di sepanjang perbatasan Turki-Suriah.
(ama)