Presiden Suriah: Gencatan Senjata Tak Dapat Terjadi Segera

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Selasa, 16 Feb 2016 14:50 WIB
Presiden Suriah, Bashar al-Assad, mengatakan bahwa gencatan senjata di negaranya tak dapat dilakukan dalam waktu beberapa pekan ke depan.
Presiden Suriah, Bashar al-Assad, mengatakan bahwa masih banyak yang harus dilakukan sebelum gencatan senjata dapat dilaksanakan di negaranya. (Reuters/SANA/Handout)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan bahwa gencatan senjata di negaranya tak dapat dilakukan dalam waktu beberapa pekan ke depan.

Dalam pernyataan yang disiarkan melalui televisi pada Senin (15/2) ini, Assad awalnya menjelaskan bahwa gencatan merupakan keadaan di mana semua pihak berhenti menggunakan senjata.

"Gencatan senjata berarti tahap pertamanya adalah menahan teroris untuk memperkuat posisi mereka. [Menahan] pergerakan senajta, peralatan atau teroris, atau benteng pertahanan, tidak boleh digunakan," ujar Assad seperti dikutip Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menuju situasi tersebut, kata Assad, masih banyak yang harus dilakukan. Salah satu hal tersebut adalah menentukan kelompok mana yang merupakan teroris.

Selama ini, teroris dalam perspektif Assad adalah kelompok manapun yang angkat senjata untuk melawan pemerintahannya. Upaya Assad untuk meredam para pemberontak ini didukung oleh serangan udara Suriah.
Saat memulai serangan udaranya pada akhir September 2015, Rusia mengklaim bahwa tujuan penerjunan pasukan ini adalah untuk menggempur ISIS. Namun, negara-negara Barat mengatakan bahwa serangan Rusia juga berdampak pada kelompok oposisi yang dilatih Amerika Serikat.

AS dan Rusia memang satu visi dalam menggempur ISIS. Namun, AS tak sependapat dengan dukungan Rusia terhadap pemerintahan Assad. Menurut AS, Assad adalah dalang dari segala masalah di Suriah.

Semua pihak terkait akhirnya mengadakan rapat di Wina untuk membicarakan solusi politik dari perang sipil di Suriah ini. Masing-masing negara terkait memberikan daftar usulan kelompok mana yang dianggap teroris.

Mereka juga mendaftarkan nama-nama kelompok oposisi yang akan diundang untuk bernegosiasi dengan pemerintah dan mediator Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dalam perundingan damai pada Jumat lalu, para negara besar tersebut sepakat bahwa gencatan senjata akan dimulai pada beberapa pekan ke depan. Namun, pasukan rezim Suriah dan Rusia masih terus menggempur para pemberontak.

Sementara itu, peserta perundingan belum juga memutuskan kelompok mana yang dianggap teroris dan bukan.

"Siapa yang dapat mengumpulkan semua persyaratan tersebut dalam sepekan? Tidak ada. Siapa yang mau berbicara dengan teroris? Jika kelompok teroris menolak gencatan senjata, siapa yang akan menanggung akibatnya?" tutur Assad.
Assad lantas menjelaskan bahwa jika nantinya gencatan senjata terjadi pun, operasi tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan situasi keamanan guna mencapai rekonsiliasi lokal dengan pemberontak.

Kesepakatan rekonsiliasi lokal dilihat sebagai cara sebuah negara menenangkan daerahnya sesuai dengan ketentuan sendiri.

Ia juga menekankan bahwa transisi politik di negaranya juga harus sesuai dengan konstitusi Suriah. Assad menegaskan bahwa badan transisi pemerintah tak sesuai dengan konstitusi.

"Kami hanya akan dapat berhenti menggunakan konstitusi yang ada sekarang jika kami sepakat, dalam satu dialog, dengan [konstitusi] baru yang dipilih oleh rakyat Suriah," katanya.
[Gambas:Video CNN] (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER