Satelit Korut Dikabarkan Kembali Rontok di Orbit

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 19 Feb 2016 15:28 WIB
Satelit yang diluncurkan Korea Utara baru-baru ini dikabarkan kembali rontok di orbit, setelah sempat stabil untuk beberapa waktu.
Satelit yang diluncurkan Korea Utara baru-baru ini dikabarkan kembali rontok di orbit, setelah sempat stabil untuk beberapa waktu. (Reuters/Yonhap)
Jakarta, CNN Indonesia -- Satelit yang diluncurkan Korea Utara baru-baru ini dikabarkan kembali rontok di orbit, setelah sempat stabil untuk beberapa waktu, menurut pejabat Amerika Serikat dan sejumlah sumber lainnya.

Kabar terbaru kondisi satelit Korut ini mencuat menyusul pernyataan dari lembaga pengawas kunci Kongres AS bahwa militer AS tidak menunjukkan kemampuannya melindungi Amerika Serikat terhadap kemungkinan serangan rudal Korea Utara.
Awal bulan ini, Korea Utara mengklaim telah meluncurkan satelit pengamatan bumi, namun sejumlah negara tetangganya dan AS menilai itu merupakan uji coba peluncuran rudal.

Beberapa hari setelah peluncuran rudal, sejumlah pejabat AS menyatakan bahwa satelit itu rontok di orbit, namun kemudian satelit itu dikabarkan stabil di orbit, tapi tidak mengirimkan sinyal ke bumi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang pejabat AS yang menolak namanya dipublikasikan dan dua sumber Reuters yang mengetahui hal ini menyatakan bahwa mereka tidak terlalu peduli dengan fungsi satelit, melainkan lebih khawatir terhadap teknologi yang terlibat dalam peluncuran satelit itu.
Mereka menilai peluncuran itu jelas dimaksudkan untuk menunjukkan unjuk kemampuan Korea Utara untuk meluncurkan rudal balistik antarbenua.

Departemen Akuntabilitas Pemerintah AS (GAO), lembaga Kongres yang mengurusi soal penelitian, juga menyoroti kekhawatiran soal serangan rudal dari Korea Utara dalam laporan yang dirilis pada Rabu (17/2).

"Uji penerbangan GMD, sampai saat ini, tidak cukup untuk menunjukkan adanya kemampuan pertahanan operasional yang berguna," bunyi pernyataan dari GAO. GMD merupakan singkatan dari sistem pertahanan rudal berbasis darat.

Laporan itu menyatakan bahwa sistem pertahanan rudal tersebut hanya menunjukkan "kemampuan parsial terhadap sejumlah kecil ancaman rudal balistik sederhana."
Ken Todorov, mantan wakil direktur Badan Pertahanan Rudal, menyatakan bahwa pihaknya kesulitan melakukan penyeimbangan dalam memenuhi kebutuhan militer AS, dan hanya beroperasi dengan sumber daya yang terbatas untuk dapat meluncurkan uji coba.

Bulan lalu, Badan Pertahanan Rudal berhasil melakukan uji coba sistem pertahanan rudal berbasis darat milik AS yang dikelola oleh Boeing Co. Uji coba itu bertujuan untuk mendemonstrasikan efektivitas dari "kendaraan pembunuh" yang didesain ulang dan dibangun oleh Raytheon Co.

Uji coba itu dengan sengaja tidak melibatkan intersepsi dari unit pencegat yang berbasis darat, namun dirancang untuk menunjukkan kemampuan baru dalam melakukan manuver hulu ledak yang dikembangkan oleh Raytheon.

Laporan itu menambahkan bahwa target Pentagon untuk mencapai 44 sistem pertahanan rudal berbasis darat pada akhir 2017 berdasarkan pada "jadwal yang agresif dan sangat optimis," yang mengarah ke "praktek akuisisi berisiko tinggi." (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER