Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah China mengaku sebagai negara yang pertama kali menemukan dan menjelajahi perairan di Laut China Selatan. Itulah sebabnya, China merasa yang paling pantas melindungi perairan yang dipersengketakan oleh lima negara itu.
Seperti diberitakan Reuters, hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam pernyataan pers jelang rapat parlemen tahunan, Selasa (8/3).
Wang dalam pernyataannya bahkan mengklaim bahwa perairan Laut China Selatan adalah yang paling aman dan bebas bagi pelayaran dunia. Klaim ini diprediksi akan memicu banyak kontroversi karena menurut Amerika Serikat, China justru membahayakan kebebasan pelayaran di daerah itu dengan melakukan reklamasi pantai dan menempatkan pangkalan militer di wilayah tersebut.
China menempatkan patroli, rudal, dan jet tempur serta perangkat radar di pulau-pulau buatan tersebut. AS menuduh China hendak memiliterisasi perairan yang juga diklaim oleh Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laut China Selatan memang merupakan salah satu jalur perdagangan tersibuk dunia dengan nilai perdagangan yang melintasinya mencapai lebih dari US$5 triliun per tahun. Wilayah itu juga diyakini kaya minyak dan gas.
Menurut Wang, kebebasan navigasi di wilayah itu bukan berari "bebas mengamuk". Dia melanjutkan, saat ini Laut China Selatan adalah perairan paling aman.
"Bahkan, berdasarkan upaya gabungan antara China dan negara-negara regional, Laut China Selatan saat ini adalah jalur pelayaran paling aman dan bebas di dunia," kata Wang.
Wang juga menegaskan klaim China dengan menyatakan bahwa nenek moyang mereka yang menemukan dan menjelajahi perairan tersebut untuk pertama kali. Sehingga China lebih pantas melindungi dan mengendalikan perairan itu dibanding negara lain.
"China adalah yagn paling dulu menjelajahi, menamai, mengembangkan dan memerintah beberapa pulau di Laut China Selatan. Nenek moyang kami bekerja dengan cerdas di sini selama beberapa generasi," kata Wang.
"Sejarah akan membuktikan siapa yang sebenarnya pendatang dan siapa yang tuan rumah sebenarnya," lanjut dia.
Dia mengatakan bahwa China bukanlah negara pertama yang menurunkan senjata ke kawasan tersebut, atau negara yang memiliki senjata terbanyak di perairan itu, namun dia tidak menyebut negara yang dimaksud.
AS sebelumnya melalui Menteri Pertahanan Ash Carter mengancam China akan mendapatkan konsekuensi jika melakukan tindak agresif di perairan itu. Negara sekutu AS seperti Vietnam dan Filipina beberapa kali mengeluhkan kekhawatiran militerisasi di Laut China Selatan.
Carter menyatakan AS telah meningkatkan pendanaan hingga US$425 juta pada 2020 bagi dana pelatihan militer negara-negara di kawasan yang merasa terancam dengan tindakan China.
(den)