Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pria yang tertangkap tayangan kamera CCTV dengan dua pembom bunuh diri yang menyerang bandara Zaventem, Brussels, Belgia teridentifikasi bernama Faycal Cheffou. Informasi perihal identitas terduga teroris tersebut dilansir media-media di Belgia pada Sabtu (26/3).
Seperti diberitakan Reuters, kantor jaksa federal Belgia belum bisa dimintai keterangan soal identitas terduga pelaku teror tersebut. Dalam sebuah pernyataan pada Jumat, terduga tersebut bernama “Faycal C” satu dari tiga lelaki yang ditangkap dekat kantor jaksa federal.
Namun, dalam pernyataannya kantor jaksa federal tidak memberitahukan apakah pria tersebut sebagai orang ketiga yang terlihat dalam tayangan CCTV, yang menggunakan sebuah topi dan jaket berwarna terang di bandara Brussels dengan dua terduga lainnya. Kedua orang terakhir diduga kuat sebagai pelaku bom bunuh diri yang menewaskan 31 orang dan melukai 270 lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koran Le Soir mengatakan Faycal C teridentifikasi sebagai seorang sopir taksi yang mengantar dua pengebom ke bandara pada Selasa lalu. Koran itu pada awalnya mengutip sumber kepolisian mengatakan kemungkinan besar Faycal Cheffou adalah orang ketiga terduga pengebom bunuh diri tersebut.
Media lainnya mengabarkan hal sama dan mengatakan Cheffou adalah seorang jurnalis lepas.
Sembilan orang ditangkap setelah kejadian berdarah sejak Kamis di Belgia dan dua lainnya di Jerman. Otoritas keamanan Eropa langsung menuding militan ISIS sebagai pelaku bom bunuh diri di Brussels dan serangan di Paris pada akhir November lalu yang menewaskan 130 orang.
Salah satu pelaku bom bunuh diri Brussels, Najim Laachraoui, merupakan anak baik, pintar dan sama sekali tak menunjukkan bahwa ia telah teradikalisasi sebelum ia berangkat ke Suriah pada 2013 dan memutus kontak dengan keluarganya.
Laachraoui, 25, merupakan salah satu pengebom bunuh diri di Bandara Zaventem, Brussels, Selasa lalu. Ia merupakan veteran militan di Suriah, dan diduga kuat menjadi pembuat bom dalam serangan Paris November lalu.
“Ia adalah anak baik, dan terutama, dia pintar, itulah yang sangat saya ingat tentang dia,” kata adiknya, Mourad, 20, dalam sebuah konferensi pers pada Kamis (24/3). Terakhir kali ia melihat Najim, menurut Mourad, ia terlihat “normal”.
Keluarganya sama sejali tidak melihat perubahan tingkah laku Najim yang merupakan lulusan elektromekanik itu, hingga ia akhirnya menelepon bahwa ia sudah berada di Suriah. Mereka juga tak tahu apa yang menyebabkan ia teradikalisasi.
Menurut Mourad, keluarganya memperingatkan polisi pada 2013 ketika Najim mengatakan ia berada di Suriah. Polisi mendatangi mereka ketika itu dan kembali menggeledah rumah mereka setelah serangan Paris November lalu.
(bag)