Dapatkah Pakistan Melindungi Minoritas?

Silvia Galikano | CNN Indonesia
Senin, 28 Mar 2016 11:12 WIB
Militer Pakistan, yang secara de facto mengontrol negara itu, kemungkinan sulit menindak ekstremisme.
Bom di Lahore, Pakistan. (REUTERS/Mohsin Raza)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada Minggu Paskah, seorang pengebom bunuh diri dikirim oleh sebuah faksi sempalan Taliban Pakistan, Jamaat-e-Ahrar, untuk meledakkan bom di taman yang sedang disesaki pengunjung di Lahore.

Setidaknya 69 orang tewas, ratusan terluka. Seorang jurubicara kelompok itu mengatakan pada New York Times bahwa umat Nasrani jadi sasaran serangan tersebut.

Kekerasan sektarian sering terjadi di Pakistan, negara yang punya banyak kelompok ekstremis. Sebagian besar kekerasan ditujukan langsung kepada kelompok minoritas, antara lain Nasrani, beberapa sekte Islam seperti Syiah dan Ahmadiyah, serta sekte-sekte kecil yang dianggap bukan Islam oleh banyak kelompok fundamentalis.
Militer Pakistan, yang secara de facto mengontrol negara itu, kemungkinan sulit menindak ekstremisme yang sudah lama bekerja sama dengan kelompok jihad. Kelompok inilah yang melancarkan perang Pakistan di Afganistan dan Kashmir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rencana Aksi Nasional yang dibuat militer pada awal 2015, memburu kelompok-kelompok ini, beberapa di antaranya berhasil dilumpuhkan. Namun demikian negara itu masih belum bisa memprioritaskan perlindungan bagi penganut agama minoritas.

Isaac Chotiner, kontributor Slate berbicara lewat telepon dengan Umair Javed, kolumnis koran Dawn di Pakistan dan seorang ahli tentang Lahore. Mereka membincangkan cara-cara kelompok minoritas diperlakukan di Pakistan, bagaimana militer menggunakan ekstremisme di masa lalu, dan mengapa serangan teroris kini akhirnya dikecam secara lebih luas.

Isaac Chotiner: Apakah taman ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya orang Nasrani?

Umair Javed: Taman tersebut berada di pinggir kota. Bukan lingkungan Nasrani. Umumnya dihuni muslim dari kelas menengah dan menengah ke bawah. Otomatis menarik banyak orang di penjuru kota. Karena sedang Paskah dan hari Minggu, maka banyak kaum Nasrani di sana.

Tampaknya tak banyak pengamanan, padahal dalam satu dekade terakhir semkin banyak militer dikerahkan di banyak tempat di Lahore.  

Pada hari Minggu biasa, kita tak melihat pengerahan personel keamanan dalam jumlah besar di tempat-tempat umum seperti ini.

Bahkan, dua tahun terakhir, kami mengalami penurunan jumlah polisi, misalnya dapat dilihat yang menjaga taman. Ini tidak akan jadi kasus pada 2010 atau 2011 ketika Lahore mengalami banyak serangan dan insiden. Tak heran kalau taman ini tidak mendapat penjagaan ketat.
Bagaimana dengan perlindungan terhadap kelompok Nasrani atau minoritas yang jadi sasaran? Akankah masyarakat mencari kepastian keamanan?

Maret tahun lalu, dua gereja dibom. Tentu saja ketika peristiwa itu terjadi, ada pertanyaan tentang bagaimana gereja dan kelompok Nasrani mendapat keamanan yang layak.

Tanggapannya, pemerintah Punjab memutuskan mengerahkan lebih banyak personel polisi ke gereja-gereja. Ahad lalu polisi menjaga gereja. Kelompok Nasrani juga membuat jaringan relawan keamanan dari muda-mudi Nasrani di kota ini.

Dalam satu setengah tahun terakhir, tindakan militer semakin lunak terhadap kelompok ekstremis, khususnya di bagian barat laut negara itu.  Apa saja yang sudah dilakukan militer untuk menindak sektarianisme secara umum?

Tahap pertama dilakukan terhadap kelompok militan di barat laut. Lalu melibatkan kelompok relijius di berbagai pusat kota serta aktivitas militer secara langsung dan tidak langsung. Beberapa orang ditangkap. Namun umumnya upaya mengekang dengan mengendalikan aktor yang tidak terlibat langsung tapi berkontribusi pada budaya diskriminasi terhadap kelompok minoritas.

Sekali lagi, hanya karena skala masalahnya demikian besar, dan karena militer berfokus melawan pemberontakan di barat laut, kami yang ditinggal bersama aparat polisi harus berurusan dengan masalah ini.

Polisi berhasil membatasi insiden kekerasan sporadis atau membatasi elemen hate speech, khususnya di antara sektarian.

Secara garis besar, karena masalah ini sangat dalam tertanam dalam proses politik dan sosial di Pakistan, jadi sangat sulit bagi negara yang punya kapasitas terbatas untuk mengawasi dominasi budaya atau diskriminasi sosial yang terjadi.

Negara memelihara ekstremisme dalam waktu lama. Apakah masih berlangsung dalam kadar yang sama?

Menurut saya, negara tidak mempropagandakan diskriminasi sektarianisme sebagai kebijakan, tapi menyadari adanya produk tersebut. Mereka lebih dari nyaman dengan hal itu karena ingin merekrut orang untuk jihad di Kashmir dan Afghanistan.
Bagaimana kemarahan masyarakat di media berbahasa Urdu dan yang lain menanggapi peristiwa seperti ini yang menimpa kelompok minoritas, entah itu Syiah, Nasrani, atau Ahmadiyah? Apakah ada kemarahan masyarakat secara luas, ataukah kelompok-kelompok ini tidak dianggap sebagai orang Pakistan?

Jika hari ini ada serangan terhadap masjid atau jamaah Ahmadiyah, saya rasa tak akan memicu kemarahan yang sama. Pertanyaannya lumayan menarik dengan kaum Nasrani karena di sana ada simpati kelas mengingat fakta bahwa komunitas Nasrani di Pakistan sebagian besar kelas pekerja. Ada elemen, “oh si Nasrani miskin itu. Sekarang mereka juga diserang karena agamanya.”

Umumnya dalam enam hingga delapan bulan terakhir, ada kemarahan meluas secara terbuka terhadap kekerasan. Menurut saya ada tingkat koherensi yang lebih besar dengan elite politik yang punya pengaruh paling besar.

Apakah ISIS dimasukkan dalam pembicaraan tentang ekstremisme di Pakistan, seperti di Barat dan Timur Tengah dan tempat lain? Apakah keberadaan kelompok itu mengubah kesadaran masyarakat tentang kekerasan?

Mereka masuk dalam pembicaraan, tapi dalam tingkat yang sangat terbatas.  Saya rasa sebagian besar dimanipulasi ke dalam pembicaraan yang lebih besar tentang Muslim yang sekarat di Timur Tengah, dan serangan Barat terhadap Suriah. (sil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER