Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, siap mendeklarasikan kebijakannya dalam sebuah kongres partai yang langka pada Mei mendatang.
Menyambut deklarasi tersebut, kantor berita negara Korut sudah mulai gencar melansir berita berisi komentar bahwa momen sekarang ini merupakan “jalan suci” menuju pendeklarasian kebijakan Kim di hadapan kongres.
Dalam pemberitaannya, kantor berita Korut menggambarkan pekan ini sebagai 70 hari menuju kemenangan besar, menyerukan rakyat untuk meningkatkan produktifitas, dan mendeskripsikan bagaimana Pyongyang bersolek menyambut para delegasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poster-poster propaganda pun mulai terpampang di berbagai ruas jalan. “Kamerad, apakah kalian sudah menerapkan rencana pertarungan 70 hari untuk hari ini?” demikian bunyi tulisan di dalam poster tersebut.
Menurut ahli kepemimpinan Korut dan mantan Wakil Presiden Institut Reunifikasi Nasional, Cho Min, sorotan dalam kongres pertama sejak 36 tahun silam tersebut diperkirakan adalah adopsi dari “kebijakan byongjin” khas Kim.
Seperti dilansir
Reuters, byongjin sendiri berarti “tekanan berkelanjutan” yang dalam hal ini maksudnya adalah untuk pembangunan ekonomi dan kemampuan nuklir.
Byongjin merupakan kelanjutan dari kebijakan Songun atau keutamaan militer yang diusung oleh ayahnya, Kim Il Sung. Songun pun merupakan tindak lanjut dari kebijakan Juche, ideologi fundamental Korut yang menggabungkan Marxisme dan nasionalisme ekstrem.
“Dia [Kim Jong-un] tampaknya tak mau melunakkan senjata perang nuklir dan kongres merupakan tempat untuk mencari dampak maksimum jika ia ingin mendeklarasikannya ke seluruh pelosok dunia,” ucap Cho yang kemudian mengatakan bahwa uji coba nuklir kemungkinan akan terjadi lagi setelah pertemuan itu.
Korut tercatat melakukan uji coba nuklir keempat pada Januari lalu, memicu dijatuhkannya sanksi baru dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Selain mempromosikan kebijakannya, kongres ini juga disinyalir akan menjadi ajang penghimpun kekuatan politik bagi Kim. Sejak Kim menggantikan mendiang ayahnya pada 2011, kerap terjadi gesekan di dalam lingkaran pemerintahan.
Kim bahkan dikabarkan mengeksekusi mati pamannya yang memiliki kekuatan besar dalam pemerintahan, Jang Song Thaek. Ia juga mengganti kepala pertahanan Korut.
Menurut seorang ahli kepemimpinan Korut, Michael Madden, Kim sudah mencoba berbagai cara untuk berkuasa absolut, tapi efeknya tak seperti yang diinginkan.
“Kongres partai ini adalah cara paling efektif untuk merombak kembali kebudayaan politik Korea Utara,” ucap Madden.
Kini, Korut diperkirakan sedang memilih lebih dari 3.000 delegasi untuk mengikuti kongres. Proses ini akan terus berlanjut hingga sekitar 20 hari menjelang kongres jika disamakan dengan persiapan pada 1970 dan 1980.
Sementara itu, agenda lengkap kongres sendiri masih terus digodok.
Kekuatan rakyat pun dikerahkan besar-besaran untuk melakukan persiapan ini. “Masyarakat sangat lelah. Beberapa kontak saya bahkan tertidur ketika bertemu dengan saya,” ucap seorang sumber Barat di Pyongyang kepada Reuters.
(stu/stu)