Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara dapat memasang hulu ledak nuklir pada rudal jarak menengah, menurut seorang pejabat Korea Selatan yang meneliti kemampuan Korut untuk meluncurkan uji coba nuklir keempat tahun ini.
"Kami percaya mereka telah berhasil meminiaturisasi hulu ledak nuklir untuk dipasangkan pada rudal Rodong," kata pejabat Korea Selatan yang tak dipublikasikan namanya pada Selasa (5/4). Pejabat itu mengetahui soal program penelitian Korsel untuk menakar kemampuan rudal Korut.
Informasi ini sejalan dengan pernyataan pemimpin Korut, Kim Jong Un bulan lalu yang menyatakan negaranya telah berhasil memperkecil hulu ledak nuklir yang dapat dipasang pada rudal balistik. Pernyataan Kim tidak pernah dapat diverifikasi.
Rudal Rodong dapat menembakkan hulu ledak seberat satu ton dengan jarak hingga 2.000 km, menurut pejabat itu. Jika Korut dapat menempatkan hulu ledak nuklir pada rudal Rodong, maka Korut dapat menembakkan nuklir ke kawasan di sekitarnya, termasuk Korsel, Jepang, sebagian Rusia dan China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memasang hulu ledak nuklir pada Rodong. Apakah mereka akan menembakkannya itu adalah keputusan politik," kata pejabat itu.
Meski demikian, hingga kini belum ada bukti langsung bahwa Korut telah berhasil memasang hulu ledak pada rudal tersebut, kata pejabat Korsel yang menolak untuk membahas dasar-dasar yang digunakan dalam program penilaian Korsel terhadap kemampuan nuklir Korut.
Amerika Serikat, sekutu dekat Korea Selatan, juga memiliki pendapat serupa.
"Kami tahu bahwa mereka menyatakan memiliki kemampuan itu, dan kami harus mempertimbangkan pernyataan mereka," ujar juru bicara Pentagon, Kapten Jeff Davis pada Selasa.
"Tapi kami belum melihat mereka menunjukkan [kemampuan] itu, jadi kami tidak berbagi penilaian kami [terhadap kemampuan nuklir Korut], tapi tentu saja kami mempertimbangkan pernyataan mereka sebagai ancaman yang nyata," ujarnya.
Korea Utara dan Korea Selatan hingga kini secara teknis masih berperang karena perang sipil Korea pada 1950-1953 berujung dengan gencatan senjata, tanpa ada perjanjian damai. Selama beberapa dekade setelahnya, hubungan Korut dan Korsel kerap memburuk.
Presiden Korea Selatan yang beraliran konservatif, Park Geun-hye, mengubah kebijakannya terhadap Korut dan kerap kali mengecam keras Korut utamanya setelah uji coba nuklir Korut pada awal Januari lalu dan peluncuran satelit Korut menggunakan roket pada awal Februari lalu.
Tindakan Korut yang dinilai agresif dalam beberapa bulan terakhir berujung kepada sanksi baru yang lebih luas dan keras dari DK PBB.
Korea Selatan sebelumnya pernah menyatakan Korea Utara telah membuat kemajuan dalam upayanya dalam meminiaturirasi hulu ledak nuklir, namun kemampuan Korut akan hal itu belum sempurna.
Rudal Rodong, dikembangkan dari rudal Scud yang dibuat di era-Soviet, merupakan sebagian besar cadangan rudal pendek dan menengah Korut, yang diperkirakan berjumlah 200 unit.
Korut terakhir kali menembakkan rudal Rodong pada Maret lalu. Rudal itu terbang sekitar 800km ke arah laut. Sebelumnya, korut menembakkan dua rudal Korut pada 2014.
(ama)