Jakarta, CNN Indonesia -- Salah seorang jurnalis Belanda, Ebru Umar, ditangkap di rumahnya di Turki karena mengkritik Presiden Recep Tayyip Erdogan. Melalui akun Twitter-nya, dia mengabarkan detik-detik sebelum penangkapan.
"Polisi di pintu. Bukan bercanda," begitu tweet-nya melalui akun Twitter @Umareberu.
Sebelumnya Umar memang mengkritik Erdogan melalui koran Metro. Dia menduga, kritikan itulah yang membuat dirinya ditangkap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak bebas, kami akan ke rumah sakit untuk pemeriksaan medis sebelum dibawa untuk menghadap jaksa," ia mengatakan dalam tweet kedua saat ia meninggalkan rumahnya di Kusadasi, sebuah Kota di Turki Barat, seperti dikutip dari The Guardian.
Sementara itu, pemerintah Belanda mengaku tak bisa mengontak Umar dan berusaha menghubungi pihak Turki, serta mencoba melakukan pendekatan dengan pemerintah Turki.
Umar, yang dikabarkan menjadi wartawan di bawah pengaruh Theo van Gogh - seorang sineas Belanda yang dibunuh karena membuat sebuah film kontroversial tentang Islam - telah menulis di Metro tentang pertikaian diplomatik antara Turki dan Belanda.
Sebuah badai politik meletus pekan ini atas laporan bahwa konsulat Turki meminta organisasi Turki di Belanda untuk meneruskan email dan posting media sosial yang menghina Erdogan atau Turki.
Erdogan dikenal sensitif terhadap kritik. Kejaksaan Turki telah membuka hampir 2.000 kasus terhadap mereka yang menghina Erdogan sejak ia menjadi presiden 18 bulan lalu. Mereka termasuk kartunis, akademisi, dan bahkan anak-anak sekolah.
(tyo)