ISIS Sudah Eksekusi 49 Orang di Libya

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 18 Mei 2016 16:01 WIB
Sejak ISIS memperkuat posisinya di Libya pada Februari tahun lalu, kelompok militan tersebut sudah mengeksekusi setidaknya 49 orang di Sirte.
Cuplikan video pemenggalan 21 warga Kristen Koptik Mesir oleh ISIS yang dirilis pada 15 Februari 2015 oleh Al Hayat Media Center
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak ISIS memperkuat posisinya di Libya pada Februari tahun lalu, kelompok militan tersebut sudah mengeksekusi setidaknya 49 orang di Sirte, termasuk 21 warga Kristen Koptik.

Hal ini terungkap dalam laporan bertajuk We Feel We Are Cursed’: Life under ISIS in Sirte, Libya oleh Human Rights Watch yang memaparkan bahwa para korban biasanya merupakan mata-mata atau musuh politik kelompok militan itu.

Orang yang dituduh sebagai mata-mata biasanya dibunuh kemudian jasadnya digantung di bangunan publik selama beberapa hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, ISIS juga menghukum orang yang dianggap melenceng dari paham mereka. Pada Oktober lalu, dua pria tua yang dituding sebagai tukang sihir dipenggal di depan umum.

"Mereka ingin orang melihat. Ketika pengeksekusi menyelesaikan tugasnya, dia mengangkat kepala itu agar masyarakat dapat melihatnya," ujar seorang penduduk kepada Human Rights Watch seperti dilansir dalam situs resmi mereka.

ISIS bahkan memiliki "daftar bunuh" berisi 130 nama yang disimpan di pengadilan Sirte. Kebanyakan nama dalam daftar itu sudah dibunuh dalam penembakan dari dalam mobil yang berjalan.

Laporan Human Rights Watch menggambarkan kehidupan di Sirte sebenarnya mirip dengan keseharian di markas besar ISIS lainnya, yaitu Raqqa di Suriah dan Mosul di Irak.

Kelompok teror itu melakukan metode kehidupan serupa, yaitu mengalihkan makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan uang ke anggota mereka serta menyita rumah warga yang kabur.

"Tidak ada sayuran atau daging. Kebanyakan toko tutup. Sementara itu, ISIS tinggal di rumah-rumah kami sambil memanggang makanan," tutur seorang penduduk setempat.

Hampir semua bank ditutup kecuali satu unit yang hanya dapat digunakan oleh anggota ISIS. Komunikasi dengan negara lain juga hanya dapat dilakukan melalui pusat telepon yang dikontrol ISIS.

"Ada mata-mata di mana-mana," ucap seorang warga.

Jika ada yang berani membangkang, ISIS akan menyebut mereka musuh. Rumah mereka pun pasti habis dijarah dan dihancurkan. Kini, lebih dari dua pertiga penduduk Sirte yang mencapai 80 ribu jiwa sudah kabur.

"Seakan memenggal kepala dan menembak musuh saja tidak cukup, ISIS juga menyebabkan penderitaan parah di Sirte bahkan bagi umat Muslim sendiri yang harus mengikuti aturan mereka," kata peneliti senior terorisme Human Rights Watch, Letta Tayler.

Sejumlah pemerintah daerah di sekitar Sirte pun memohon bantuan dari berbagai pihak karena mereka sudah tak kuasa menampung para warga yang kabur.

"Kami membutuhkan bantuan. Kamu sudah tidak punya makanan atau rumah untuk menampung mereka yang kabur," tutur Wali Kota Misrata, Mohamed Eshtewi.

Sementara itu menurut CNN, pasukan pemerintah Libya hingga kini masih berupaya meminta pencabutan embargo senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa agar dapat menggempur kelompok militan di negara itu. (den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER