Jakarta, CNN Indonesia -- Pesawat Airbus A320 itu dinyatakan hilang dari radar Kamis (19/5) dini hari, dalam perjalanan dari Paris menuju Kairo.
Pesawat seharusnya mendarat di Bandara Internasional Kairo pada Kamis pukul 03.15, namun hilang hanya dua menit setelah keluar dari wilayah udara Yunani, atau sekitar 16 kilometer setelah masuk ke wilayah udara Mesir.
Sementara itu, keluarga kerabat penumpang dan kru pesawat EgyptAir MS804 mendatangi bandara Kairo, mencoba mencari informasi dari pihak maskapai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pihak otoritas juga sebisa mungkin menghalangi keluarga berbicara dengan media.
Dilansir
CNN, seorang pria mengatakan ada empat anggota keluarganya yang berada di dalam pesawat MS804.
Seorang pendeta, Athanious, mengaku mengetahui soal kecelakaan EgyptAir dari media massa. Temannya, Amgad Adib, merupakan salah satu penumpang.
"Ia seperti saudara dan anak bagi saya," kata Athanious kepada wartawan.
Pesawat Airbus A320 itu membawa 66 orang; 56 penumpang dan 10 kru pesawat. Penumpang terdiri dari 30 warga Mesir, 15 Perancis, 2 orang Irak, 1 dari Inggris, 1 Belgia, 1 Sudan, 1 Chad, 1 Portugis, dan 1 asal Aljazair.
Ibu dari seorang pramugari juga berada di antara para keluarga yang bersimbah tangis. Dilansir
Reuters, ia mengatakan terakhir kali anaknya menelepon pada Rabu malam.
"Mereka belum mengatakan apa pun kepada kami," ujarnya terkait minimnya informasi yang diterima oleh keluarga.
Pesawat A320 memiliki 150 kursi. Jumlah penumpang ketika pesawat hilang hanya sekitar sepertiga dari jumlah kapasitas pesawat keseluruhan.
Mesir sebenarnya merupakan tujuan wisata bagi banyak warga Eropa, namun industri pariwisata negara itu terpukul akibat krisis politik berkepanjangan. Terakhir, tragedi yang menimpa maskapai Rusia, Metrojet pada Oktober lalu, menambah himpitan pariwisata Mesir. Sebanyak 224 penumpang dan kru pesawat Metrojet tewas, dan ISIS mengklaim bertanggung jawab atas meledaknya pesawat di wilayah udara Sinai, Mesir.
(stu)