Jakarta, CNN Indonesia -- China berencana mengubah beberapa pulau di kawasan Laut China Selatan menjadi resor ala Maladewa, terbuka bagi para wisatawan untuk menggelar pernikahan maupun sebagai destinasi berlibur. China menilai bahwa beberapa pulau yang tak memerlukan kehadiran militer di kawasan itu dapat dikembangkan sebagai pulau wisata.
China mengklaim sebagian besar perairan yang kaya energi itu beserta sejumlah pulau yang berada di dalamnya. Klaim China ini tumpang tindih dengan klaim dari Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam.
Pada 2013, China memulai masa percobaan untuk mempromosikan sejumlah wilayah di Laut China Selatan sebagai destinasi wisata dengan menerjunkan beberapa kapal pesiar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam wawancara
China Daily dengan Wali Kota Sansha, Xiao Jie, dilaporkan bahwa pejabat ini berharap kawasan itu akan menjadi salah satu destinasi utama dunia, sebanding dengan Maladewa.
"Kami akan mengembangkan beberapa pulau dan karang untuk mengakomodasi sejumlah wisatawan terpilih," kata Xiao, dikutip dari
Reuters, Jumat (27/5).
Xiao memaparkan bahwa sejumlah tempat yang akan dibangun sebagai destinasi wisata tidak akan diwarnai dengan aktivitas militer. "Ini akan menjadi prosedur yang teratur dan bertahap," ujarnya.
Kota Sansha terdapat pada Pulau Woody, salah satu pulau di Kepulauan Paracel, basis administratif China untuk mengontrol berbagai pulau dan karang di kawasan Laut China Selatan.
Xiao memastikan bahwa wisatawan dapat mencapai pulau-pulau wisata itu dengan pesawat komersil. Para turis juga akan diperkenankan untuk menggelar pernikahan, memancing dan menyelam di kawasan itu.
"Kedatangan wisatawan akan menghidupkan aktivitas menyelam dan berselancar," katanya.
Xiao menyatakan bahwa layanan kapal pesiar yang disediakan China menjadi sangat populer di antara wisatawan, meski tiketnya sulit didapat.
"Ini bukan perjalanan yang mudah, tetapi banyak orang yang memiliki dengan semangat patriotik ingin mencobanya," katanya menambahkan.
China Daily melaporkan bahwa akan semakin banyak kapal pesiar yang beroperasi dalam waktu dekat. Selain itu, akan terdapat pula penerbangan reguler menuju pulau Hainan di selatan China.
Xiao berharap suatu hari akan ada penerbangan langsung dari pulau itu menuju Beijing.
Laporan
China Daily tidak memaparkan apakah warga asing diizinkan untuk mengunjungi kawasan itu untuk berlibur. Untuk saat ini, hanya warga negara China yang mendapat izin untuk berpelesir ke sana.
Laporan itu juga tidak menyebutkan apakah salah satu pulau di kepulauan Spratly akan dibuka untuk wisatawan.
China dilaporkan terus meningkatkan aktivitas militer, dengan menempatkan rudal, membangun menara pengawas dan landasan pacu di kawasan Laut China Selatan. Perairan ini merupakan jalur perdangan tersibuk dunia, dengan nilai mencapai US$5 triliun per tahun.
Sementara Amerika Serikat menerapkan kebijakan patroli kebebasan navigasi di kawasan itu dan memperluas aliansi militer dengan negara yang mengklaim kawasan Laut China Selatan, seperti Filipina.
(ama)