Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri pertahanan Iran, Rusia dan Suriah menggelar pembicaraan soal pertahanan militer di ibu kota Teheran, dalam upaya melawan penentang rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Pembicaraan ini digelar pada Kamis (9/6) menyusul peningkatan operasi militer Damaskus terhadap ISIS, Front al-Nusra yang berafilasi dengan al-Qaidah, maupun sejumlah kelompok pemberontak lainnya yang berafilasi dengan al-Qaidah.
Menhan Iran, Jenderal Hossein Dehghan, menyatakan dia bersama Menhan Rusia dan Suriah bertekad untuk meluncurkan pertempuran "menentukan" melawan "semua kelompok teroris."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dehghan memaparkan tujuannya bisa dicapai dengan "menghalangi atau mencegah" kelompok teroris menerima dukungan politik atau pasokan senjata, yang memungkinkan mereka "untuk melakukan operasi yang lebih luas."
Perang melawan "terorisme" harus dilakukan berdasarkan "program bersama dan prioritas yang rinci," katanya usai pertemuan itu. Hasil pertemuan akan diumumkan secara resmi dalam beberapa hari mendatang.
"Kami membahas rencana soal apa yang harus dilakukan di tingkat regional dan operasional, akan diberlakukan dengan terkordinasi dan sesuai cara yang sudah disepakati," kata Deghan, seperti diberitakan
Al-Arabiya.
"Para teroris dan pendukung mereka harus tahu bahwa kelompok yang mereka hadapi bertekad untuk bertempur dengan cara seperti ini hingga akhir," ucapnya.
"Langkah pertama menuju pemulihan keamanan du wilayah tersebut adalah penerapan gencatan senjata luas secara luas dan bantuan kemanusiaan," katanya.
"Kami setuju terhadap gencatan senjata yang terjamin yang tidak mengarah pada penguatan teroris di negeri ini," kata Deghan, sembari menambahkan bahwa "mendukung pasukan tentara Suriah" merupakan upaya lainnya dalam memberastas militan.
Sebelum perundingan digelar, Kemenhan Rusia merilis pernyataan yang memaparkan sejumlah hal yang akan dibahas, termasuk "langkah-langkah prioritas dalam memperkuat kerja sama antara kementerian pertahanan dari tiga negara dalam perang dengan kelompok teroris ISIS dan al-Nusra."
Iran dan Rusia merupakan sekutu utama Suriah untuk melawan berbagai kelompok bersenjata yang menentang rezim Assad, termasuk militan ISIS.
Sebelum gencatan senjata, Moskow meluncurkan intervensi militer untuk mendukung pasukan Suriah, di antaranya mengirimkan pesawat tempur dan pasukan khusus.
Sementara, Teheran mengerahkan sejumlah penasihat militer untuk mendampingi dan melatih pasukan Suriah. Iran juga melengkapi pasokan senjata milisi pro-pemerintah.
Moskow berjanji akan meningkatkan serangan udaranya yang menargetkan pasukan pemberontak di dalam dan sekitar Aleppo.
Sejak perang saudara meletus sekita lima tahun lalu, Teheran rutin memberikan dukungan militer dan keuangan kepada Damaskus.
Mendapat bantuan militer dari para sekutunya, pasukan Suriah berhasil merebut sejumlah daerah dari cengkeraman militan. Dalam merebut kembali kota Palmyra, misalnya, pasukan Suriah dibantu tentara Rusia pada Maret lalu.
Pasukan Rusia kini memberikan dukungan militer dalam operasi tentara Suriah merebut bendungan terbesar di Tabqa, Lembah Efrat.
(ama)