-- Penggalangan dana calon kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, terpaut jauh hingga puluhan juta dolar dengan rivalnya dari Partai Republik, Donald Trump.
Terhitung pada 31 Mei lalu, kampanye Clinton sudah menghimpun dana US$42 juta atau setara Rp556,2 miliar dalam bank. Lembaga penggalang dana bagi Partai Demokrat, super PAC Priorities USA, pun tercatat sudah menyimpan US$52 juta (Rp688,7 miliar).
Super PAC merupakan komite aksi politik yang dapat mengumpulkan dana kampanye tak terbatas namun dilarang berkordinasi langsung dengan kandidat presiden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu menurut laporan yang diserahkan kepada Komisi Pemilu pada Senin (20/6), tim kampanye Trump baru mengantongi US$1,3 juta atau setara Rp17,2 miliar dalam bank.
Ketimpangan ini diperkirakan terjadi karena Partai Demokrat berencana menghabiskan sebagian besar uang itu untuk iklan di televisi, hal yang dianggap tak terlalu diperlukan oleh Trump.
Seperti dilansir
CNN, Clinton berencana menghabiskan dana US$117 juta atau setara Rp1,5 triliun antara Selasa depan hingga Hari Pemilu tiba untuk iklan televisi, kebanyakan dengan konten anti-Trump.
Sementara itu, Trump baru mengumpulkan dana US$700 ribu, setara Rp9,2 miliar untuk iklan kampanye di televisi.
Sejak memulai penggalangan dana pada bulan lalu, Trump juga dibantu oleh super PAC, tapi hingga kini lembaga itu baru berhasil mengumpulkan US$500 ribu di bank. Selain itu, ada pula dua kelompok penghimpun dana bagi Trump, tapi baru dapat merilis hasilnya pada bulan depan.
Pebisnis asal New York ini sebenarnya dapat menutup kekurangan dana kampanyenya dari kocek sendiri, tapi hingga kini belum ada indikasi ke arah sana. Trump dan sekutunya selalu menekankan bahwa mereka dapat melakukan kampanye yang lebih ramping ketimbang Clinton.
Namun, Trump diperkirakan dapat menutup kekurangan itu dengan baik. Pasalnya, dua kelompok pro-Trump lainnya diperkirakan dapat meraup keuntungan besar pada bulan depan.
Pada Juni ini, Trump juga melakukan penggalangan dana secara agresif dengan 10 acara dalam sembilan hari dan berhasil mengumpulkan lebih dari US$8 juta.
Selain itu, kesepakatan penggalangan dana dengan RNC (Komite Nasional Republik) baru dilakukan pada akhir Mei. Perjanjian itu memungkinkan pencairan cek hingga US$450 ribu atau setara Rp5,9 miliar dalam satu kesempatan.
Target Trump sendiri sebenarnya hanya mencapai US$500 juta atau Rp6,6 miliar. Meskipun terbilang cukup kecil, beberapa pengamat masih mempertanyakan kemampuan Trump untuk menggalang dana itu.
Hal ini menyebabkan frustrasi lanjutan bagi para elite dan pendonor Partai Republik yang pada Senin juga memecat manajer kampanye Trump, Corey Lewandowski.
Keputusan ini diambil setelah sebagian tokoh senior Partai Republik meragukan gagasan kebijakan Trump sementara harus melawan capres dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
Di tengah kemelut itu, tiga orang yang dekat dengan isu kampanye Partai Republik mengatakan bahwa beberapa staf Trump menilai Lewandowski menentang perubahan strategi.
Para staf pun mengusulkan agar kampanye pemilu mendatang diutus oleh Paul Manafort, ahli strategi yang direkrut pada April lalu karena pengalamannya dalam kampanye presiden. Keahlian ini dianggap tak dimiliki oleh Lewandowski.