Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengizinkan ekspansi lebih jauh di permukiman Tepi Barat, menyusul insiden penikaman hingga satu gadis Amerika-Israel tewas pekan lalu.
"Sudah diputuskan untuk mengizinkan mendirikan 42 bangunan di Kiryat Arba, daerah tetangga yang dekat dengan rumah tempat penyerangan terjadi. Diputuskan untuk mendirikan pemakaman bagi jasad teroris," ujar Netanyahu seperti dikutip
CNN, Minggu (3/7).
Kiryat Arba merupakan lokasi rumah Hallel Yaffa Ariel, gadis berusia 13 tahun yang sedang terlelap ketika ditikam hingga tewas oleh pemuda Palestina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, mengambil keputusan ini pada Sabtu (2/7), setelah mengunjungi kerabat Ariel yang sedang berkabung.
Pengadaan unit baru ini sebenarnya sudah disetujui sejak 18 bulan lalu, tapi proses pembangunannya dibekukan hingga Netanyahu membuat keputusan.
"Kami akan mengajukan rencana khusus untuk Kiryat Arba pada rapat kabinet selanjutnya dan arahan saya kepada para menteri adalah mengombinasikan langkah semua kementerian untuk membantu komunitas di Yudea dan Samaria," ucap Netanyahu.
Pemerintah Israel juga menerjunkan dua batalion tambahan di Tepi Barat serta menutup Hebron dan daerah sekitarnya.
Keputusan ini dikecam oleh berbagai organisasi internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pasalnya, komunitas internasional menganggap permukiman di Tepi Barat ilegal.
Organisasi Israel yang memantau pembangunan permukiman di Tepi Barat, Peace Now, juga memberikan komentar bahwa kebijakan tersebut kontraproduktif terhadap proses perdamaian dan dipengaruhi oleh politik domestik.
"Kekerasan tidak bisa disamaratakan dan serangan mematikan terhadap warga Israel baru-baru ini harus dikecam dengan cara paling keras, tapi konstruksi permukiman di jantung masa depan negara Palestina akan membahayakan kemungkinan perdamaian dan kedua negara, juga keamanan warga Israel," demikian bunyi pernyataan resmi Peace Now.
Menegaskan maksudnya, Peace Now menulis, "Netanyahu dan Lieberman bertindak berdasarkan pertimbangan pemilu dan martabat bangsa ketimbang kepentingan strategis Israel."
(ama)