Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang gadis Amerika-Israel, Hallel Yaffa Ariel, ditikam hingga tewas di kamar tidurnya di permukiman Kiryat Arba, Tepi Barat, pada Kamis (30/6) pagi.
Menurut juru bicara Pasukan Pertahanan Israel, IDF, Hallel sedang tidur ketika tiba-tiba seorang remaja Palestina menyusup ke rumahnya dan membunuhnya.
"Layaknya remaja lainnya pada libur musim panas, putri saya sedang tidur, tenang. Seorang teroris pembunuh datang dan membunuhnya di tempat tidur," ujar ibu Hallel, Rena Ariel, seperti dikutip
CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat petugas keamanan masuk ke rumah itu, pelaku masih berada di dalam. Perseteruan pun tak dapat dihindarkan dan seorang petugas ditikam sebelum akhirnya pelaku ditembak mati.
Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifikasi pelaku serangan tersebut bernama Mohammed Tarayra dari Desa Bani Naim di timur Hebron.
Menanggapi serangan ini, IDF mengisolasi akses ke Bani Naim bagi semua orang kecuali petugas kemanusiaan dan medis.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pun mengecam keras insiden ini.
"Pembunuhan gadis kecil di tempat tidurnya menunjukkan kebiadaban teroris yang kami hadapi. Seluruh negara turut berduka bersama keluarga dan mengatakan kepada para pembunuh: Kalian tidak akan mengalahkan kami. Kami akan terus mengambil tindakan kuat terhadap terorisme di mana pun dan kapan pun," kata Netanyahu.
Netanyahu memastikan akan mencabut izin kerja anggota keluarga Tarayra. Israel juga sudah memulai proses perizinan untuk menghancurkan rumah Tarayra, satu praktik yang biasa dilakukan oleh pemerintahan Netanyahu.
Karena Hallel memiliki dua kewarganegaraan, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, John Kirby, pun turut angkat suara.
"Aksi terorisme brutal ini sangat tak beradab. Kami turut berduka dengan keluarganya. Kami juga mengetahui ada satu orang ikut terluka dalam menangani serangan ini. Kami berharap dapat cepat pulih," kata Kirby.
Sementara itu, ratusan orang menghadiri pemakaman Hallel pada Kamis petang di Hebron, kota yang kerap menjadi medan perang antara warga Israel dan Palestina.
Kiryat Arba sendiri merupakan permukiman di selatan Tepi Barat, dekat Hebron. Permukiman Israel ini dianggap ilegal oleh berbagai komunitas internasional.
"Meskipun permukiman itu ilegal di bawah hukum internasional, bukan berarti tak ada penghuninya. Anak-anak dan orang tua mereka rentan terhadap serangan. Di saat yang sama, pemerintah Isreal juga tak memiliki dasar hukum untuk menghukum keluarga penyerang," tutur Direktur Urusan Israel-Palestina dari Human Rights Watch, Sari Bashi.
(ama)