Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Turki, Tayyip Erdogan, meyakini kemungkinan adanya turut campur negara lain dalam kudeta berdarah pekan lalu. Meski begitu, dalam wawancara dengan
Al Jazeera, Erdogan menolak untuk menyebutkan nama negara yang dimaksud.
Dilansir dari
Reuters, Erdogan juga menolak jika dianggap menjalankan negara dengan otoriter sehingga membuat demokrasi di Turki terancam.
"Kami akan tetap menjalankan pemerintahan dengan cara demokratis. Kami tak akan pernah meninggalkan itu," katanya Rabu (20/7) malam waktu setempat.
Dalam acara yang sama, Erdogan pun tidak mau mengaitkan antara digunakannya pangkalan udara Incirlik sebagai markas jet tempur Amerika Serikat untuk menggempur ISIS di Suriah dan Irak, dengan permintaannya kepada pemerintah AS untuk mengekstradisi Fethullah Gulen.
Dia menegaskan, apa yang dilakukannya adalah berdasarkan hubungan bilateral. "Kita harus lebih sensitif. Hubungan antar negara didasari oleh kesamaan visi, bukan menggunakan perasaan. Kami adalah partner strategis," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erdogan telah menuding Gullen, sebagai dalang di balik kudeta 15 Juli lalu. Gullen menolak atas tuduhan tersebut. Washington pun telah menegaskan, agar pemerintahan Turki harus memberikan bukti keterlibatan Gullen dengan kudeta pekan lalu, sebelum dipertimbangkan untuk diekstradisi.
(meg)