Hubungan Turki-AS Akan Terancam jika Gulen Tak Diekstradisi

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 26 Jul 2016 01:20 WIB
Hubungan Turki dengan Washington akan terpengaruh jika Amerika Serikat tidak mengekstradisi Fethullah Gulen, ulama yang dituding mendalangi kudeta di Turki.
Hubungan Turki dengan Washington akan terpengaruh jika Amerika Serikat tidak mengekstradisi Fethullah Gulen, ulama yang dituding mendalangi kudeta di Turki. (Reuters/Greg Savoy/Reuters TV)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan bahwa hubungan Turki dengan Washington akan terpengaruh jika Amerika Serikat tidak mengekstradisi Fethullah Gulen, tokoh agama yang dituding mendalangi kudeta militer Turki yang gagal.

Cavusoglu meluncurkan pernyataan tersebut dalam wawancara dengan media Haberturk TV pada Senin (25/7). Dalam kesempatan itu, pemerintah Turki kembali menegaskan bahwa Gullen, yang tinggal dalam pengasingan di Pennsylvania, AS sejak 1999, bertanggung jawab atas upaya kudeta pada 15 Juli yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintah.

Pemerintah Turki sejak pekan lalu telah secara resmi meminta Amerika Serikat segera mengekstradisi Gulen. Namun, Washington menyatakan bahwa Ankara harus memberikan bukti yang jelas tentang keterlibatan Gulen dalam kudeta, baru kemudian mempertimbangkan ekstradisi Gulen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, para pakar menilai proses ekstradisi Gulen bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Gulen sendiri membantah tuduhan sebagai dalang kudeta. Gulen juga telah mendesak agar pemerintahan Amerika Serikat tidak mengabulkan permintaan ekstradisi yang diajukan oleh Turki.

Pasalnya, menurut Gulen, ekstradisi itu hanya akan menjadi alat balas dendam Presiden Recep Tayyip Erdogan kepadanya.

Gulen adalah warga Turki, seorang mantan imam, penulis sekaligus tokoh politik. Pria 75 tahun ini membentuk gerakan politik keagamaan bernama gerakan Gulen, atau yang dikenal dengan nama Hizmet di Turki.

Dia sebelumnya adalah sekutu Erdogan tapi berpisah jalan setelah kasus korupsi mendera keluarga dan pendukung Erdogan. Sang presiden menuding Gulen memfitnahnya.

Mengasingkan diri dari Turki, Gulen adalah kawan yang berakhir menjadi lawan bagi pemerintahan Erdogan. Kongsi kedua tokoh ini pecah tahun 2013 saat kasus korupsi mendera keluarga dan para pendukung Erdogan di pemerintahan dan kepolisian.

Erdogan membantah tudingan tersebut dan menuduh Gulen berada di balik fitnah korupsi terhadap dirinya.

Gulen kemudian kabur ke AS, upaya Turki mendeportasinya belum membuahkan hasil.

Mengaku bermazhab Hanafi, Gulen menekankan pengajarannya dengan memadukan agama dengan ilmu pengetahuan alam, mendorong dialog antar agama, serta demokrasi multi partai. Dia menginisiasi dialog dengan Vatikan dan organisasi-organisasi Yahudi. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER