Jakarta, CNN Indonesia -- Rusia dan Amerika Serikat tengah mempertimbangkan kemungkinan memulai aksi militer bersama melawan gerilyawan di Aleppo, Suriah, di tengah sengitnya pertempuran antara kelompok pemberontak dengan pasukan pemerintah.
Kantor berita Rusia pada Senin (15/8) melaporkan bahwa para pejabat militer senior Rusia dan AS telah mengadakan negosiasi Jenewa terkait pertempuran di Aleppo dan upaya untuk menerapkan gencatan senjata secara keseluruhan.
Kedua negara berpartisipasi dalam pembicaraan yang mencoba menemukan solusi politik untuk mengakhiri perang saudara di Suriah yang telah berlangsung selama lima tahun. Meski demikian, kedua negara berada di kubu yang berbeda. Rusia mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam konflik tersebut, sementara Amerika Serikat mendukung penggulingan Assad.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sekarang dalam fase yang sangat aktif dalam negosiasi dengan rekan-rekan Amerika kami," kata Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, menurut laporan kantor berita
RIA, dikutip dari
Reuters.
"Kami bergerak selangkah demi selangkah untuk lebih dekat dengan rencana ini - dan saya hanya berbicara tentang Aleppo di sini - yang benar-benar akan memungkinkan kita untuk mulai berjuang bersama-sama untuk membawa perdamaian sehingga warga [Suriah] dapat kembali ke tanah air mereka yang bermasalah ini," ujar Shoigu.
Ditanya tentang pernyataan Shoigu ini, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Elizabeth Trudeau menyatakan kepada wartawan di Washington, "Kami telah melihat laporan dan tidak dapat mengumumkan apapun. Kami tetap berkontak (dengan pejabat Rusia)," ujarnya.
Trudeau mengatakan Amerika Serikat terus mendorong upaya penghentian pertempuran yang lebih luas di Suriah.
Menurut Shoigu, Rusia telah mengirimkan bantuan ke Aleppo dan membantu untuk membangun kembali stasiun pemompaan air yang rusak. Sekitar 700 ribu orang kini masih terjebak di Aleppo dan penduduk di bagian timur kota itu "disandera kelompok bersenjata."
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa militan Suriah telah menggunakan gencatan senjata sementara untuk mengumpulkan kekuatan di sekitar Aleppo.
Sementara, Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov mengatakan Iran, Turki dan Arab Saudi harus memainkan peran yang lebih aktif dalam membantu menyelesaikan krisis Suriah. "(Mereka harus) duduk bersama dan bernegosiasi," kata Bogdanov dikutip dari kantor berita
RIA.
Bogdanov menyatakan ia akan bertemu dengan perwakilan dari oposisi Suriah di Doha, ibu kota Qatar pada 16 Agustus mendatang.
Kota Aleppo terbagi menjadi wilayah yang dikuasai pemberontak dan daerah yang dikendalikan pemerintah. Bagian timur kota ini dikuasai pemberontak, sehingga sekitar 250 ribu penduduknya hidup di bawah pengepungan pasukan rezim Assad, setelah Juli lalu pasukan pemerintah memotong Castello Road, rute pasokan utama ke kota itu.
Aleppo menjadi salah satu benteng pertahanan kelompok pemberontakan untuk memerangi pasukan yang setia kpeada Assad, yang didukung oleh Iran, serangan udara dari Rusia dan militan Hizbullah dari Libanon.
(ama)