Jakarta, CNN Indonesia -- Bom cluster atau tandan yang terlarang di beberapa negara telah menewaskan lebih dari 400 orang di daerah konflik. Sifat bom ini yang sulit diidentifikasi membuat banyak anak-anak turut menjadi korban.
Dalam laporan koalisi anti-bom tandan, Cluster Munition Coalition, yang dikutip Reuters, Kamis (1/9), korban tewas tahun 2015 akibat peledak ini mencapai 417 orang, sepertiganya anak-anak.
Korban terbanyak berasal dari Suriah, Yaman dan Ukraina, tiga negara yang tidak menandatangani perjanjian pelarangan penggunaan bom ini. Terdapat 248 korban bom tandan di Suriah, di Yaman 104, sementara di Ukraina 19. Korban juga jatuh di Laos, Libanon, Afghanistan, Sahara Barat, Chad, Kamboja dan Nagorno-Karabakh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bom yang ditembakkan dari jet tempur atau artileri ini melepaskan ratusan bom kecil ke radius yang luas, beberapa terkadang tidak meledak dan sulit ditemukan.
Biasanya bom yang jatuh ke darat ini meledak belakangan, menewaskan warga sipil saat konflik usai. Warnanya yang cerah terlihat seperti mainan, sehingga banyak anak-anak yang menjadi korban.
"Penderitaan masih berlanjut dan warga sipil menjadi korban terbesar dari bom tandan." kata Jeff Abramson, manajer program di lembaga Landmine and Cluster Munition Monitor.
Seluruh negara dengan korban berjatuhan bukan penandatangan Convention on Cluster Munitions pada 2010, perjanjian soal bom tandan yang mengatur pelarangan, penimbunan, produksi dan pemindahan peledak ini.
(den)