Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah turut bahagia mendengar kabar seorang anak Indonesia berusia 12 tahun, Cendikiawan Suryaatmadja, menjadi mahasiswa termuda di Universitas Waterloo, Kanada.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ottawa pun terus memantau agar proses adaptasi bocah yang akrab disapa Diki ini berjalan dengan baik.
"Kami turut berbahagia. Kami juga memastikan agar proses adaptasi belajarnya nanti berjalan baik," ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Kanada, Teuku Faizasyah, kepada CNN Indonesia, Rabu (7/9).
Teuku lantas menuturkan bahwa pemantauan ini sebenarnya sudah dilakukan sejak pertama kali pemerintah mendapatkan informasi mengenai Diki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak pertama mendengar informasi ini, kami langsung mencari tahu dan akhirnya berhasil menghubungi ibunya. Kami sempat bertanya apa yang dapat kami bantu dan orang tuanya mengapresiasi atensi kami," tutur Teuku.
Menurut Teuku, sejauh ini proses adaptasi Diki sangat baik. Pasalnya, Diki masih didampingi orang tuanya selama di Kanada. "Namun, kami akan terus memonitor adaptasi di lingkungan pendidikannya nanti," kata Teuku.
Diki sendiri mengaku senang berada di Kanada karena masyarakatnya yang ramah. Namun, dia menyadari proses adaptasi akan sulit jika berhadapan dengan budaya dan cuaca.
"Tentu akan ada transisi budaya, makanannya juga berbeda, itu salah satu yang saya rindukan. Dan cuaca juga, di sini lebih dingin, karena kampung halaman saya adalah negara tropis," ujar Diki dalam wawancara dengan
CBC News awal pekan ini.
Namun jika masalah kuliah, Diki mengaku sudah tidak sabar untuk belajar dan berkawan. Ia akan memulai masa kuliahnya pada Kamis (8/9).
"Saya tidak sabar bertemu dengan mahasiswa baru dan bertemu teman baru," kata bocah asal Jawa Barat ini.
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Waterloo, Diki akan belajar fisika dengan beberapa kelas tambahan, yaitu matematika, kimia, dan ekonomi.
Seorang staf penerima mahasiswa Universitas Waterloo, Andre Jardin, mengakui bahwa Diki merupakan anak yang berbeda.
"Saat kami menilai calon mahasiswa, kami tidak melihat jenis kelamin, etnis, latar belakang. Yang kami lihat adalah sistem pendidikan jika mereka adalah mahasiswa internasional dan menilai tingkat penerimaan mereka. Kami melakukan pemeriksaan dari segi tersebut. Jadi pertama, dia layak diterima, dan langkah lainnya, oke, dia 12 tahun," tutur Jardin.
Teuku sebagai perwakilan pemerintah pun turut senang karena anak semuda Diki dapat menuntut ilmu di salah satu institusi terbaik di Kanada.
"Waterloo adalah salah satu universitas terbaik. Kami ikut senang karena Diki masih muda dan dapat masuk ke lingkungan pendidikan untuk orang seusia bahkan 19 tahun. Kami terus memantau agar prosesnya berjalan baik," katanya.
(den)