Houthi Turunkan Anak dan Wanita untuk Berperang di Yaman

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Kamis, 08 Sep 2016 16:07 WIB
Menteri HAM Yaman menyebut pemberontak Syiah Houthi telah merekrut ribuan anak dan wanita untuk ikut berperang.
(Reuters/Khaled Abdullah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Hak Asasi Manusia Yaman Ezz Eddin Al Asbahi menuduh pemberontak Syiah Houthi telah mengeksploitasi dan memaksa anak dan perempuan di negara itu untuk terlibat dalam  perang sipil yang telah berlangsung selama 2 tahun.

Selain itu, Al-Asbahi mengatakan, Houthi juga telah menyebabkan 1.000 rakyat sipil dan lebih dari 300 anak meninggal akibat serangan roket mereka selama perang Yaman berlangsung.

"Houthi telah memaksa anak-anak untuk turut berperang dalam Konflik Yaman, Selama empat bulan ini kelompok milisi tersebut telah merekrut sekitar 4.800 anak laki-laki yang dijadikan tentara," ujar Al-Asbahi seperti yang dikutip Al Arabiya pada Rabu kemarin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eksploitasi anak dan perempuan ini diperkuat dengan adanya bukti gambar dan video yang memperlihatkan sekelompok perempuan dan anak-anak Yaman membawa senjata berat berbondong-bondong berkeliling kota Sanaa dalam pawai militer yang digagas Houthi.

Sambil membawa senjata mereka juga bersumpah untuk berjuang bersama Houthi yang dibeking dalam konflik yaman tersebut.

"Kami akan memperjuangkan negara kami hingga tetes darah terakhir," ujar salah satu wanita dalam parade tersebut. "Salah satu pundak saya menggendong anak, dan di pundak lainnya saya membawa senjata," ujar wanita lainnya.

Al-Asbahi menyatakan, sekitar 3.000 orang ditawan oleh kelompok Houthi. Setidaknya ada 70 kasus penyiksaan di dalam penjara yang dikendalikan Houthi.

Berdasarkan laporan PBB, sedikitnya 10 ribu orang terbunuh dalam konflik tersebut, 4.000 di antaranya merupakan masyarakat sipil. Konflik di Yaman telah diputuskan tak hanya sebagai konflik internal, tapi juga konflik regional.

Duta Besar Yaman untuk Amerika Serikat Ahmed Awad Bin Mubarak menentang keras gerakan Houthi tersebut. Ia berharap isu eksploitasi anak dan perempuan dalam perang ini akan semakin mendorong komunitas internasional untuk menenekan Houthi agar mau mengakhiri konflik.

"Langkah (perekrutan perempuan dan anak) ini sangat bertentangan dengan masyarakat dan undang-undang Yaman," kata Binmubarak.

Untuk diketahui, Houthi mulai menduduki Sanaa sejak September 2014. Sebagai respons, Saudi Arabia dan aliansinya di Arab mulai terlibat dan mengintervensi perang tersebut Maret 2015 lalu setelah Houthi berhasil memaksa Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi ke pengasingan di Saudi arabia.

Saat ini Houthi yang juga didukung pasukan pendukung presiden sebelumnya Ali Abdullah Saleh menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, sementara pasukan loyalis Hadi yang bergabung dengan masyarakat lokal menguasai sisanya. (den/den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER