Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Barack Obama memperingatkan rakyat Amerika Serikat akan dampak buruk dari isolasi dan ultra-nasionalisme di tengah globalisasi saat ini terhadap negara itu.
Dalam pidato terakhirnya di Sidang Umum PBB, Selasa (20/9), Obama tidak menyebut nama Donald Trump namun
CNN menuliskan bahwa pernyataan itu secara tersirat menyindir kebijakan rasis calon presiden AS dari Partai Republik itu.
Trump dikecam akibat berbagai rencana kebijakannya yang memicu amarah, terutama soal sikapnya yang anti-Islam dan penghinaan terhadap pendatang dari Meksiko.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Obama dalam pidato itu AS dan dunia akan mengalami masa-masa kelam jika "nasionalisme agresif" dan "populis yang kasar" menang pemilu. Sindiran kian jelas dialamatkan terhadap Trump saat Obama menyinggung soal pembangunan tembok antara AS dan Meksiko.
"Negara yang tertutup tembok hanya akan memenjarakan diri sendiri," ujar Obama.
Obama dalam kepemimpinannya memiliki visi mewujudkan dunia tanpa senjata nuklir dan perdamaian global. Sementara dia memperingatkan, kepemimpinan yang salah malah akan membawa negara itu dalam kekacauan dan perang.
"Manusia yakin mereka akhirnya tiba dalam periode pencerahan, namun kembali mengulang konflik dan penderitaan. Mungkin itu sudah takdir kita," lanjut Obama.
"Kita harus ingat bahwa pilihan seorang manusia berujung pada berulangnya Perang Dunia. Setiap kita adalah pemimpin, setiap negara bisa menolak mereka yang ingin mendorong pada kerusakan dan memilih yang menawarkan kebaikan. Kita bisa memilih sejarah yang lebih baik."
Ini adalah pidato kedelapan dan terakhir Obama di PBB sebagai kepala negara. Dalam pidato pertamanya tahun 2009, Obama berkomitmen bekerja sama dengan lembaga-lembaga internasional untuk mengatasi krisis dunia dan menekankan agenda mengatasi perubahan iklim dan non-proliferasi nuklir.
(den)