Protes Terus Bergulir, Obama Tak Bahas Masalah Pipa Dakota

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 29 Sep 2016 04:37 WIB
Suku Asli Amerika memprotes jalur pipa Dakota yang dapat mengganggu kehidupan mereka. Namun, Obama tak membahas itu dalam konferensi dengan kepala suku.
Meskipun tak membahas masalah DAP, Obama memastikan bahwa pemerintah akan terus berupaya menyelesaikan berbagai masalah yang ada di tengah suku Asli Amerika. (Reuters/Kevin Lamarque)
Jakarta, CNN Indonesia -- Selama beberapa pekan belakangan, mata internasional tertuju pada suku Asli Amerika yang memprotes pembangunan Akses Pipa Dakota (DAP). Menurut mereka, jalur itu dapat dapat mengancam persediaan air dan pemakaman suci suku Standing Rock Sioux di South Dakota.

Protes kian berkobar sejak awal bulan ini, tepatnya setelah hakim federal menolak gerakan dari suku Standing Rock Nation yang menuntut penghentian konstruksi DAP.

Kendati demikian, pemerintahan Obama menginstruksikan Korps Insinyur Tentara untuk menghentikan sementara konstruksi di dekat Danau Oahe hingga pemerintah dapat meninjau kembali keputusan sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pengunjuk rasa masih terus terlibat bentrok dengan pihak keamanan pekerja kontraktor dari Energy Transfer Partner, perusahaan privat yang masih berupaya melanjutkan konstruksi tersebut.

Menurut Energy Transfer Partner, jalur pipa ini sangat penting. Jika proyek ini rampung, jalur pipa sepanjang 1.886 kilometer ini akan melintasi empat negara bagian dan diperkirakan dapat membawa hampir setengah juta barel minyak mentah dari North Dakota ke Illinois.

Sementara protes terus bergulir, pemerintah AS menghelat pertemuan Tribal Nations Conference yang dihadiri oleh 560 suku Asli Amerika pada Senin (26/9). Namun, Presiden Barack Obama dinilai terkesan menghindari pembicaraan mengenai DAP tersebut.

"Saya tahu, banyak dari kalian datang bersama suku lain dari seluruh pelosok negara untuk mendukung komunitas Standing Rock Sioux dan dengan bersama, suara kalian terdengar. Momen ini menunjukkan betapa pentingnya kami menggandakan upaya untuk memastikan semua badan federal benar-benar mengonsultasikan dan mendengar dan bekerja dengan kalian, berdaulat untuk berdaulat," ujar Obama seperti dikutip Reuters.

Alih-alih membahas masalah DAP, Obama malah langsung menjabarkan pencapaian pemerintahannya selama ini untuk menyelesaikan masalah-masalah suku Asli Amerika.

Sejak 2009, pemerintahan Obama sudah menyelesaikan sengketa klaim atas 90 suku. Kini, mereka sedang berupaya menyelesaikan klaim 11 suku lainnya dengan total biaya US$3,3 miliar.

Selain itu, pemerintah AS juga akan menggelontorkan dana US$492,8 juta atau setara Rp6,3 triliun kepada 17 suku Asli Amerika untuk menyelesaikan masalah sengketa pengurusan lahan oleh Kementerian Dalam Negeri.

Otoritas federal membebaskan 100 ribu lahan sewa dan kuasa atas tanah seluas 22,6 juta hektar atas nama suku Asli Amerika, termasuk hak minyak dan ekstraksi gas, penebangan kayu, penggembalaan, pertanian, dan perumahan.Di samping itu, pemerintah AS juga memberikan 2.500 akun pengelolaan aset bagi 250 suku pribumi. Lebih dari 100 suku asli Amerika menuntut pemerintah yang dianggap melakukan kesalahan dalam mengurus lahan dan uang mereka.

"Ini merupakan pencapaian penting yang akan mengakhiri pertarungan dengan terhormat dan adil yang tak hanya melemahkan sumber daya berharga, tapi juga membuat genting hubungan," ujar ujar Wakil Jaksa Agung AS, Sally Yates, seperti dikutip RT.

Suku yang terkena dampak dari keputusan ini di antaranya adalah Gila River, Colorado River dan San Carlos Apache di Arizona; White Earth Nation di Minnesota; Cayuse, Umatilla, dan Walla Walla di Oregon.

Meskipun tak membahas masalah DAP, Obama memastikan bahwa pemerintah akan terus berupaya menyelesaikan berbagai masalah yang ada di tengah suku Asli Amerika.

"Kita belum menyelesaikan semua masalah. Kita belum membetulkan semua kesalahan, tapi bersama, kita membuat perkembangan signifikan di hampir semua wilayah," kata Obama. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER