Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Kolombia menolak perjanjian damai yang digagas pemerintah dengan pemberontak Marxis FARC lewat referendum yang berlangsung pada Minggu (2/10).
Berlawanan dengan jajak pendapat yang digaungkan sebelumnya, hasil referendum menunjukkan sebanyak 50,23 persen warga menolak perjanjian damai, menang tipis darii 49,76 persen yang mendukung perdamaian dengan FARC. Jumlah ini dihitung berdasar dari 99 persen suara yang masuk.
Mereka yang mendukung perjanjian damai berharap kesepakatan yang ditandatangani oleh Presiden Juan Manuel Santos dan pemimpin FARC Rodrigo Londono pada 26 September lalu, akan mengakhiri pemberontakan dan pertumpahan darah selama 52 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam periode itu, sebanyak 250 ribu orang tewas, sedang jutaan lainnya terlantar dan kehilangan tempat tinggal mereka.
Namun hasil referendum berkata lain.
Pemerintah Santos sudah mengatakan sebelumnya bahwa mereka tidak punya rencana lain jika warga menolak kesepakatan tersebut.
Sebelum referendum, jajak pendapat oleh Datexco dan Ipsos Napoleon Franco yang dipublikasikan pada 26 September lalu mengindikasikan warga akan mendukung perjanjian damai dengan marjin sekitar 20 persen.
Beberapa tokoh politik Kolombia, seperti mantan Presiden Alvaro Uribe Velez, menolak perjanjian damai karena tak bisa menyeret pejuang FARC ke pengadilan.
(stu)