Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 500 ribu warga lanjut usia menghilang setiap tahunnya atau lebih dari 1.300 orang setiap hari di China. Kebanyakan mereka yang menghilang adalah penderita gangguan ingatan atau demensia.
Jumlah ini dilaporkan oleh Lembaga Bantuan Sosial Zhongmin seperti yang dikutip
CNN pada Rabu (12/10). Menurut Zhongmin dari seluruh kasus lansia hilang, 80 persen di antaranya berusia di atas 65 tahun.
"Jumlah ini sangat besar dan merupakan masalah sosial yang tidak bisa diabaikan pemerintah," ujar Presiden Lembaga Bantuan Sosial Zhongmin Wang Zhikun seperti dikutip
CNN pada Rabu (12/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan laporan, sekitar 25 persen lansia yang hilang didiagnosa mengidap penyakit alzheimer atau demensia. Sementara 72 persen lainnya diduga mengidap gangguan ingatan atau memori.
Penulis laporan Xiong Guibin menyatakan, sejumlah warga lansia yang dilaporkan hilang pada akhirnya dapat ditemukan lagi. Namun 25 persen jumlah lansia yang telah ditemukan pada umumnya kembali menghilang.
Kebanyakan penduduk lansia di China hidup terbengkalai karena ditinggal pindah atau mati keluarganya tanpa ada yang merawat. Biasanya mereka ditemukan di desa-desa yang mulai ditinggalkan pemuda untuk mencari kerja di kota.
Peristiwa ini terjadi di tengah ketimpangan populasi di China, saat populasi lansia lebih besar dari usia produktif. Jumlah penduduk lansia di negara ini terbanyak dibanding negara-negara berkembang lainnya, yaitu 114 juta dari 1,3 miliar total populasi.
Tingginya jumlah lansia disebabkan kebijakan satu anak atau
one child policy yang diterapkan China sejak akhir 1970-an. Namun tahun lalu, kebijakan ini mulai dihentikan karena dianggap merugikan ekonomi China di masa depan.
Pada tahun 2030, China diprediksi memiliki populasi penduduk lansia terbanyak dengan sekitar 400 juta yang berusia di atas 60 tahun.