Rumah Kelahiran Hitler di Austria Akan Diratakan dengan Tanah

Denny Armandhanu/AFP | CNN Indonesia
Selasa, 18 Okt 2016 07:06 WIB
Rumah kelahiran Adolf Hitler di Austria telah menjadi tempat pemujaan bagi kelompok-kelompok Neo-Nazi setiap tahunnya.
Rumah kelahiran Adolf Hitler di Austria telah menjadi tempat pemujaan bagi kelompok-kelompok Neo-Nazi setiap tahunnya. (AFP Photo/Joe Klamar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Austria akan meratakan dengan tanah rumah kelahiran pemimpin Nazi Adolf Hitler. Langkah ini diambil untuk mencegah rumah itu dijadikan tempat pemujaan oleh para anggota neo-Nazi.

"Rumah Hitler akan dihancurkan. Pondasinya boleh tetap ada, tapi bangunan baru akan didirikan. Bangunan itu nantinya akan digunakan untuk yayasan amal atau kantor pemerintahan," kata Menteri Dalam Negeri Austria Wolfgang Sobotka, dikutip AFP, Selasa (18/10).

Sobotka mengatakan, tindakan ini untuk memutus hubungan antara rumah di kota Braunau am Inn itu dengan Hilter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hitler lahir di rumah Nomor 15 di Jalan Salzburger Vorstadt itu pada 20 April 1889. Walau hanya menghabiskan beberapa minggu pertamanya hidupnya di rumah tersebut, namun bangunan itu tidak ayal menjadi atraksi penting bagi pemujanya.

Setiap tahun di hari ulang tahun Hitler, para anggota kelompok sayap kanan ekstrem neo-Nazi dari seluruh dunia menyambangi rumah tersebut. Mereka berfoto dan bergestur salam Nazi di depan rumah tiga lantai itu.

Di hari ulang tahun Hitler juga, gerakan anti-fasis selalu menggelar demonstrasi di luar bangunan tersebut. Di samping rumah itu terdapat batu monumen bertuliskan: "Untuk Perdamaian, Kebebasan dan Demokrasi. Tidak Ada Lagi Fasisme, Jutaan Orang Terancam Tewas."

Keputusan pemerintah Austria memusnahkan bangunan itu diambil setelah melalui sengketa bertahun-tahun dengan pemiliknya, keluarga Gerlinde Pommer.

Pommer memiliki bangunan seluas 800 meter persegi itu selama lebih dari satu abad. Rumah itu sempat dibeli kembali oleh Hitler pada 1938 dengan nilai empat kali lipat dari harga normal.

Setelah perang, rumah tersebut dikembalikan ke Pommer pada tahun 1950-an. Pada 1972, Austria menyewa rumah itu dari Pommer dan menggunakannya untuk tempat rehabilitasi warga cacat dengan harga 4.800 euro atau hampir Rp70 juta setiap bulan. Keluarga Pommer menolak mentah-mentah rencana pemerintah untuk merenovasi rumah itu.

Juli lalu, pemerintah Austria akhirnya mengambil langkah tegas dengan mengamandemen peraturan yang membuat rumah itu disita.

Banyak organisasi kebudayaan menginginkan rumah tersebut tidak dihancurkan karena bagian dari sejarah kota. Sementara warga kota tersebut ingin agar bangunan itu tidak lagi dikultuskan dan diubah menjadi pusat penampungan pengungsi. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER