Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 18 narapidana tewas, sebagian dengan cara dibakar dan dipenggal, dalam kerusuhan di dua rumah tahanan di Brasil pada akhir pekan lalu. Kerusuhan itu terjadi antara para anggota dua kelompok kriminal Brasil yang saling bermusuhan.
Dilaporkan
The Independent pada Selasa (18/10), kerusuhan terjadi di dua lapas, yakni di penjara Agricola de Monte Cristo dan penjara Rondonia. Kerusuhan pertama terjadi pada Minggu (16/10), saat waktu berkunjung napi, menyebabkan sekitar 100 keluarga tahanan, mayoritas perempuan, disandera.
"Para tahanan bersenjatakan batu dan potongan kayu yang mereka robek dari dinding tahanan. Mereka gunangan kayu itu untuk memenggal lawan mereka. Sangat brutal," kata juru bicara pemerintah daerah, Jessica Laurie.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuh jasad ditemukan terbakar dan tiga jasad lainnya terpenggal," tutur Laurie menambahkan.
Kerusuhan diduga dimulai ketika anggota kelompok da Capital Primeiro Comando menyerang bagian sayap penjara, tempat narapidana dari kelompok Comando Vermelho berada. Kedua kelompok itu termasuk kelompok gangster terbesar di Brasil.
Menteri Kehakiman Negara Bagian Roraiman Uzeil Castro menyatakan seluruh penjara di Brasil bersiaga sejak kedua kelompok geng itu menyatakan perang.
Media lokal melaporkan sekitar 25 tahanan tewas dalam kerusuhan tersebut.
Hari berikutnya, kerusuhan kembali terjadi, kali ini di penjara Rondonia, negara bagian barat laut Brasil.
Menurut otoritas polisi setempat, Porto Velho, kerusuhan kedua terjadi akibat sekelompok narapidana menyekap narapidana lain di dalam sel tahanan dan membakar mereka hidup-hidup.
"Kami menduga kerusuhan dipicu akibat adanya bentrok antara kelompok gangster yang berseteru," tutur Velho.
Kerusuhan di penjara Rondonia menyebabkan sekitar delapan orang tewas. Otoritas medis mengharuskan melakukan identifikasi para jenazah karena sebagian korban tewas terbakar.
Kepala Serikat Pekerja Hukum Pidana, Joana Moura menyatakan, kepada harian Folha de Boa Vista bahwa kerusuhan penjara merupakan cerminan minimnya perhatian pemerintah terhadap sistem manajemen penjara.
"Tidak ada alat keamanan, minimnya personel penjagaan penjara, dan para petugas penjara bekerja di luar kemampuan mereka," kata Moura.
Sejak akhir 2014, sekitar 622 ribu napi ditahan pada berbagai rumah tahanan di Brasil. Berdasarkan laporan Kementerian Kehakiman Brasil, mayoritas narapidana merupakan kaum kulit hitam.
Brasil merupakan negara keempat dengan populasi narapidana terbesar setelah Amerika Serikat, China, dan Rusia.
(ama/den)