Jakarta, CNN Indonesia -- Mobil van kepolisian Filipina, menabrak dan melindas puluhan demonstran di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Manila pada Rabu (19/10). Dalam video yang tersebar di internet, insiden itu terjadi di tengah situasi demonstrasi yang mulai panas.
Seperti dikutip AFP, ratusan demonstran berkumpul di depan Kedubes AS untuk mendukung Presiden Rodrigo Duterte melawan "tirani AS". Aksi berujung menegangkan setelah sebuah mobil polisi jadi sasaran kemarahan demonstran dengan dipukuli dengan kayu dan dicoreti.
Polisi berusaha memukul mundur demonstran dengan menembakkan gas air mata dan pentungan. Tidak lama kemudian, sopir mobil van polisi seakan mengamuk dan melajukan kendaraan itu maju mundur dengan kecepatan tinggi menabraki para demonstran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang demonstran terlihat terjebak di bawah ban depan mobil van, hampir saja terlindas kepalanya sebelum kendaraan itu melaju mundur. Demonstran lainnya memperlihatkan kepada kamera wartawan luka-luka di tangannya akibat tertabrak mobil itu.
Sebuah foto yang ramai tersebar memperlihatkan seorang pria terjebak di bawah mobil van, dengan kaki dan pahanya di ban belakang. Dia kemudian berlari dengan terpincang-pincang, namun nyawanya selamat.
Sopir van, aparat bernama Fraklin Khu, berdalih tindakan tersebut dilakukannya karena panik setelah demonstran ingin mengambil alih kendaraannya.
''Tentu saja [saya panik], kendaraan kami dibalikkan dan jika mereka menguasainya, bisa digunakan untuk menabrak polisi," ujar Khu.
Kepolisian Manila mengatakan beberapa demonstran mengalami luka ringan dalam peristiwa itu. Namun penyelenggara aksi mengatakan ada sekitar 50 orang yang terluka, lima di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit.
Polisi bersikeras demonstran yang memulai kekerasan. "Kami harus membubarkan mereka. Mereka yang memulai dengan mencoba memasuki Kedutaan," kata inspektur polisi Arsenio Riparip.
Namun demonstran balik menuding polisi yang memancing kekerasan. "polisi yang ebih dulu menyerang demonstran. Pertama mereka menabrakkan mobil ke arah massa. Kemudian mereka menembak gas air mata dan memukuli kami dengan tongkat," kata seorang demonstran, Amirah Lidasant.
Sekretaris Jenderal Karapatan, sebuah kelompok sayap kiri Filipina, Christina Palabay, mengatakan 31 peserta aksi ditahan. Palabay mengakui tindakan polisi itu berlebihan, bahkan jika memang demonstrasi berlangsung ricuh.
"Mereka tidak boleh melindas massa hanya karena kericuhan demonstran," ujar Palabay.
Juru bicara kepolisian Filipina Dionardo Carlos mengaku akan melakukan penyelidikan terkait insiden ini. Juru bicara Kedubes AS Molly Koscina menolak mengomentari peristiwa tersebut.
Peristiwa ini terjadi di tengah ketegangan antara AS dan Filipina menyusul beberapa komentar Presiden Rodrigo Duterte yang ingin memutus hubungan militer kedua negara.
(den)