Di China Duterte Umumkan 'Perceraian' Filipina Dengan AS

Riva Dessthania Suastha/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 21 Okt 2016 14:01 WIB
Presiden Rodrigo Duterte menyiratkan sinyal merapat ke China dan Rusia setelah hubungan Filipina dengan AS merenggang.
Presiden Rodrigo Duterte menyiratkan sinyal merapat ke China dan Rusia setelah hubungan Filipina dengan AS merenggang. (Reuters/Thomas Peter)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengumumkan "perceraian" dengan Amerika Serikat, Kamis (20/10). Pernyataan ini disampaikan Duterte dalam kunjungannya ke China, di tengah upaya Filipina merapat ke pemerintah Beijing untuk perlahan meninggalkan AS.

"Dalam kesempatan ini saya umumkan perpisahan saya dengan AS, baik dalam segi militer dan ekonomi. Amerika sudah kalah," tutur Duterte dalam forum dihadiri 200 pengusaha dan Wakil Perdana Menteri China Zhang Gaoli di Beijing, seperti dikutip Reuters, Kamis (20/10).

Upaya pendekatan diri dengan China ini dilakukan Duterte setelah sebulan sebelumnya pengadilan arbitrase di Den Haag menyatakan Beijing tidak punya dasar untuk mengklaim wilayah perairan sengketa Laut China Selatan (LCS). Gugatan terhadap China dilayangkan pemerintahan Filipina sebelumnya di bawah pimpinan Benigno Aquino.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kunjungannya, Duterte juga membuka jalan aliansi dagang baru dengan China. Menteri Perdagangan dan Industri Filipina Ramon Lopez menyebutkan, perjanjian perdagangan senilai US$13,5 miliar akan disepakati kedua negara saat Duterte berada di Beijing.

Belakangan hubungan Filipina dengan AS merenggang setelah Barat mengkritik cara Duterte menangani narkotika yang telah menewaskan lebih dari 3.700 orang yang dituduh bandar dan pemadat. Duterte sejak sebulan terakhir mengatakan akan memutuskan hubungan dengan AS, dan menyiratkan sinyal merapat ke China dan Rusia.

"Saya telah mendekatkan FIlipina dengan aliran ideologi China. Mungkin saya juga akan mendatangi Rusia dan berbicara kepada [Presiden Vladimir] Putin bahwa ada tiga negara bersatu menghadapi dunia - China, Filipina, dan Rusia. Ini satu-satunya cara," Ucap Duterte.

Tidak sepenuhnya jauhi Barat

Menteri Keuangan Filipina Carlos Dominguez merilis pernyataan yang menyebutkan pernyataan Duterte itu tidak mengartikan bahwa FIlipina sepenuhnya berbalik menjauhi Barat di tengah integrasi ekonomi Asia yang sedang terhambat.

Menurut Dominguez, Filipina tetap akan menjaga hubungan dengan pihak Barat namun dengan keinginan yang juga besar untuk memperkuat integrasi Filipina bersama negara tetangga.

"Kami ingin berbagi budaya dan pemahaman dengan lebih baik lagi dengan negara di kawasan," ucap Dominguez dalam pernyataan bersama Menteri Perencanaan Ekonomi Filipina Ernesto Pernia.

Pemerintahan Xi Jinping tampak sangat menyambut pendekatan Filipina terhadap China. Kepada Duterte, Xi menyebut China dan Filipina merupakan saudara yang dapat mengatasi segala masalah dan sengketa antar kedua negara dengan baik-baik, walaupun Xi tidak secara eksplisit menyebutkan masalah LCS kepada reporter.

"Saya berharap keinginan masyarakat dapat tercapai untuk memanfaatkan kunjungan Filipina ke sini sebagai kesempatan menguatkan kembali hubungan kedua negara," kata Xi.

Kementerian Luar Negeri AS mengaku belum menangkap jelas maksud dari langkah Duterte ini. Diplomat Senior AS urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel Russel direncanakan akan mengunjungi Manila akhir pekan ini untuk meminta penjelasan Filipina terkait hubungan kedua negara itu.

"kami akan mencari penjelasan dari pernyataan yang disebutkan Presiden Duterte tentang pemisahan diri dari AS. Bagi kami (pernyataan Duterte) ini tidak jelas dengan segala konsekuensinya," ujar Juru Bicara kemlu AS John Kirby.

Baik Kemlu AS dan Gedung Putih menggambarkan pernyataan Duterte tersebut bertentangan dengan prinsip aliansi antar kedua negara yang telah berjalan sekitar hampir 70 tahun. Walaupun begitu, Washington menyambut hubungan baik antara Filipina dan China tersebut.

"Aliansi AS-Filipina telah menorehkan sejarah selama 70 tahun dalam hubungan baik antar pemerintahan dan individu. Aliansi AS-Filipina memiliki perhatian keamanan bersama sejak lama," kata Juru Bicara Gedung Putih Eric Schultz menegaskan AS belum menerima permintaan resmi pemerintah Filipina dalam perubahan kerja sama bilateral kedua negara. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER