Jakarta, CNN Indonesia -- Pasukan bersenjata wanita Kurdi di kawasan gurun bagian utara Irak turut berjuang mengusir kelompok ISIS keluar dari wilayah mereka. Pasukan wanita itu menggunakan senapan mesin dan senandung lagu sebagai strategi memberantas para pasukan ISIS tersebut.
"Kami ingin membuat mereka (ISIS) marah dan menegaskan kepada Daesh (sebutan lain bagi ISIS) bahwa kami tidak takut," ucap Mani Nasrallahpour, 21, seperti dikutip
Reuters, Kamis (4/11).
Nasrallahpour merupakan salah satu dari sekitar 200 pejuang Peshmerga wanita yang mengorbankan kehidupan mereka di Iran untuk ikut menggempur pasukan ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia bersama pasukan bersenjata wanita lainnya menembakkan senapan mereka seiring dengan sanandung lagu yang digaungkan melalui pengeras suara ke arah pasukan ISIS berada.
Dalam kebijakan pemerintahan khalifanya, ISIS memiliki pedoman hidup ketat, salah satunya melarang bersenandung dan mendengarkan musik.
Selain itu, kelompok militan ini juga memberlakukan pembatasan ketat bagi kaum wanita dan bahkan mendiskreditkan mereka dengan menganggap kaum wanita sebagai budak seks.
Dengan demikian, kombinasi tentara wanita dengan senandung lagu dianggap sebagai ajang unjuk kekuatan bahwa etnis Kurdi tidak takut dengan serangan ISIS.
Wanita Kurdi ini merupakan bagian dari unit bersenjata yang tergabung dengan partai kebebasan warga Kurdi, PAK.
Kelompok PAK telah bergabung dengan pasukan Irak dan Kurdi lain yang didukung oleh kolaisi Amerika Serikat yang dibentuk untuk memberantas pasukan ISIS dan merebut kembali Kota Mosul.
[Gambas:Video CNN]Kelompok PAK sendiri memiliki ambisi yang jauh lebih besar untuk menciptakan sebuah negara Kurdi yang independen yang membentang di wilayah Irak, Iran, Turki, dan Suriah.
"Kami berjuang untuk melindungi tanah air Kurdi kami di Iran atau Irak. Tidak peduli apakah itu kelompok ISIS atau kelompok militan lain yang telah menduduki tanah kami," ucap Nasrallahpour sambil memegang senapan AK-47.
Pada Kamis sore, para pejuang wanita itu berbaris seraya memegang senjata mereka yang diarahkan kepada para pasukan ISIS yang berjarak hanya sekitar 700 meter dari mereka.
"Kami selalu memiliki senjata siap digunakan saat kami terancam dikepung oleh anggota ISIS," kata Nasrallahpour.
Pejuang wanita Kurdi lainnya, Avin Vaysi, 32, juga mengaku rela mengorbankan nyawanya dengan berperang melawan ISIS. Seperti Peshmerga lainnya, Vaysi geram dengan pemberitaan di media tentang eksploitasi kaum wanita oleh ISIS.
"Saya melihat di televisi bahwa ISIS menyiksa kaum wanita dalam aksi mereka. Ini membuat darah saya bergolak sehingga saya memutuskan untuk ikut memerangi mereka," tutur Vaysi yang sama sekali tidak takut oleh ISIS dan menyebut kelompok militan itu takut terhadap perempuan.
(has)