Hillary Clinton dan Kegagalan Memecahkan Langit-langit Kaca

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 10 Nov 2016 19:53 WIB
Langkah Clinton menuju Gedung Putih kembali terjegal karena menurut hasil hitung cepat pemilu, perolehan suaranya tertinggal jauh dari rivalnya, Donald Trump.
Dalam pidato kekalahannya, Clinton menasihati para pendukungnya, terutama perempuan, untuk tidak berhenti berjuang memecahkan 'langit-langit kaca.'(Reuters/Carlos Barria)
Jakarta, CNN Indonesia -- Predikat perempuan "segala yang pertama" disematkan pada Hillary Clinton oleh Forbes lantaran ia beberapa kali mencetak sejarah sebagai wanita pertama yang menduduki posisi strategis tertentu di kancah politik Amerika Serikat.

Clinton pun ingin menambah satu lagi predikat "pertama" paling sulit yang belum ia raih, yaitu presiden perempuan pertama di Amerika Serikat untuk membuktikan bahwa ia benar-benar dapat memecahkan "langit-langit kaca."

Langit-langit kaca atau glass ceiling adalah istilah yang sering dipakai Clinton untuk menggambarkan batasan bagi seorang perempuan dalam berpolitik di AS dan ia berencana menghancurkan itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah gagal pada 2008, Clinton pun kembali mencoba untuk dapat duduk di kursi utama dalam Gedung Putih melalui pemilihan umum presiden 2016 yang digelar pada 8 November lalu.

Namun sayang, langkah Clinton menuju Gedung Putih kembali terjegal karena menurut hasil hitung cepat pada Rabu (9/11), perolehan suaranya tertinggal jauh dari rivalnya, Donald Trump. Kursi presiden itu pun menjadi milik Trump.

Perjalanan panjangnya menuju kursi utama di Gedung Putih itu memang selalu tak mulus. Banyak batu sandungan dan jalan buntu yang harus ditembus.

Dalam perjalanannya, Clinton tak jarang membuat orang terkagum hingga ia disebut sebagai pemimpin yang menginspirasi. Namun, ada pula yang menyebut Clinton sebagai seorang oportunis haus kekuasaan, langkahnya harus dijegal.

Langkah pertama dari perjalanan panjang menuju Gedung Putih ini sebenarnya ditapaki oleh Clinton sejak ia masih sangat kecil.

ahir di Chicago pada 26 Oktober 1947, Clinton tumbuh di tengah keluarga yang melek politik, dengan ibu pendukung Partai Demokrat dan ayah simpatisan Partai Republik.

Penyandang nama lengkap Hillary Rodham Clinton ini kemudian masuk sekolah publik dan akhirnya duduk di bangku Wellesley College, Massachusetts, di mana ia menjadi ketua Young Republican Club.
Profil Hillary ClintonHillary Clinton saat lulus dengan penghargaan tinggi dari Wellesley College. (AFP PHOTO/John Mottern )
Sorotan publik pertama kali tertuju pada Clinton ketika ia berbicara di satu forum. Dalam sambutannya, Clinton membantah pernyataan salah satu pembicara yang merupakan seorang senator.

Haluan politik Clinton berubah ketika Perang Vietnam pecah pada medio 1960-an. Tahun 1968, Clinton hadir dalam Konvensi Nasional Partai Republik yang akhirnya menunjuk Richard Nixon sebagai capres, tapi kemudian ia pindah ke Partai Demokrat.

Pertemuan dengan Bill Clinton

Hillary muda kemudian melanjutkan studinya di Yale Law School, di mana ia bertemu dengan rekannya yang sama-sama ambisius, Bill Clinton. Mereka lantas menjalin kasih dan Bill pun melamar Hillary.

Lamaran itu ditolak oleh Hillary. Ia malah pindah ke Washington untuk bergabung dengan panel pemakzulan Nixon, yang akhirnya melepas jabatan presiden pada 1974 karena tersandung skandal Watergate.

Sementara Hillary mulai dilirik oleh para politisi di Washington karena kecerdasannya, Bill terus menghubungi, merajuk agar lamarannya diterima.

Dalam buku bertajuk A Woman in Charge: The Life of Hillary Rodham Clinton, Carl Bernstein menuturkan bahwa saat itu Hillary akhirnya luluh dan memutuskan pindah ke Arkansas hingga menikah dengan Bill pada 1975.
Profil Hillary ClintonSejak Bill terjun ke dunia politik, Hillary selalu aktif saat mendampingi. (AFP PHOTO/Timothy A. Clary)
Tiga tahun kemudian, Bill terjun ke dunia politik dan terpilih sebagai Gubernur Arkansas di usia 32 tahun. Berselang dua tahun, buah hati mereka, Chelsea, lahir ke dunia.

Sebagai istri dari orang nomor satu di Arkansas, Hillary dikenal sebagai sosok yang aktif. Ia merupakan pengacara yang memiliki pengaruh besar di Arkansas. Selain itu, Hillary juga menjadi salah satu komisaris Wal-Mart.

Namun, nama Hillary benar-benar dikenal publik Amerika ketika Bill maju dalam pertarungan memperebutkan posisi capres dari Partai Demokrat pada 1992.

Dalam salah satu pidatonya, Bill mengatakan bahwa para pemilih akan mendapatkan "dua (pemimpin) dengan satu harga" jika memilihnya. Hillary pun memastikan bahwa ia bukanlah perempuan yang suka "berdiam diri di rumah dan memanggang kue."

Kontroversi mendera Ibu Negara

Bill akhirnya memenangkan pemilu 1992 dan menjadi Presiden AS, melengserkan sang petahana, George H.W. Bush. Hillary pun menjadi Ibu Negara.

Berbeda dengan para Ibu Negara AS sebelumnya, Hillary menyelami dunia politik lebih dalam, bahkan disebut-sebut memiliki pengaruh dalam pengambilan kebijakan.

Hari-hari Hillary mendampingi Bill di Gedung Putih pun tak pernah sepi kontroversi. Kedua Clinton ini bahkan sudah diguncang skandal di masa-masa awal mereka di Gedung Putih.

Maret 1993, tiga bulan setelah Bill dilantik, New York Times melaporkan indikasi keterlibatan Clinton dalam skandal terkait investasi mereka dalam bisnis real-estate Whitewater yang dikembangkan sejak 1970-an, tapi dinyatakan pailit pada 1980-an.

Tak lama setelah kasus ini terkuak, salah satu rekan Clinton yang juga menjadi pihak terkait dalam skandal Whitewater, Vince Foster, ditemukan tewas tertembak.

Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa kematian Foster akibat bunuh diri. Namun dalam bukunya yang bertajuk Living History, Hillary mengatakan, "Para ahli teori konspirasi dan penyelidik mencoba membuktikan bahwa Vince dibunuh untuk menutupi apa yang dia ketahui tentang Whitewater."

Tiga tahun kemudian, 26 Januari 1996, untuk pertama kalinya Hillary menghadiri pengadilan mengenai Whitewater. Ini merupakan kali pertama seorang Ibu Negara AS memberikan kesaksian di pengadilan. Saat itu, Hillary membantah semua tuduhan yang diarahkan kepadanya.

Penyelidikan terhadap kasus Whitewater ini justru membuka jalan pada skandal yang lebih besar, yaitu perselingkuhan Bill dengan salah satu anak magang di Gedung Putih bernama Monica Lewinsky.
Profil Hillary ClintonPenyelidikan kasus Whitewater bermuara pada terkuaknya skandal perselingkuhan Bill Clinton dengan seorang anak magang di Gedung Putih, Monica Lewinsky. (AFP PHOTO)
Guncangan terhadap Bill akhirnya mencapai puncaknya pada Desember 1998, ketika Dewan Perwakilan memutuskan untuk melakukan pemungutan suara guna menentukan pemakzulan terhadap sang presiden dengan "kejahatan tinggi dan pelanggaran ringan" atas tuduhan berbohong di bawah sumpah dan menghalangi keadilan demi menutupi hubungan dengan Lewinsky.

Hillary menyebut upaya pemakzulan ini layaknya "pengadilan bergaya Soviet". Ia menyebut hal ini merupakan upaya kudeta dari parlemen dengan mayoritas Partai Republik.

Saat itu, Hillary juga mengaku sangat murka pada Bill, tapi ia masih menyayangi suaminya. "Yang saya tahu, tidak ada satu orang pun yang lebih memahami saya dan yang dapat membuat saya tertawa seperti Bill," tulis Hillary dalam Living History.

Bill dapat bernapas lega ketika pada 2000, penyelidik independen menyimpulkan bahwa tidak ada cukup bukti yang menunjukkan Clinton melakukan tindak kriminal terkait skandal Whitewater.

Karier politik mandiri

Hillary pun memutuskan untuk terjun aktif ke dalam dunia politik AS. Ia membeli rumah di Chappaqua agar dapat terdaftar menjadi warga New York sehingga bisa mencalonkan diri menjadi senator mewakili negara bagian itu.

Dia dinyatakan memenangkan pemilu dan menjadi senator perempuan pertama yang mewakili New York pada Januari 2001. Di bulan yang sama, Bill melenggang meninggalkan Gedung Putih.

Pada 2008, Clinton akhirnya bertaruh untuk menjadi capres dari Partai Demokrat. Namun, ia dikalahkan oleh Obama yang akhirnya menjadi Presiden AS pertama keturunan Afrika.
Profil Hillary ClintonClinton dikalahkan oleh Obama yang akhirnya menjadi Presiden AS pertama keturunan Afrika.(AFP PHOTO/Stan Honda)
Kendati demikian, Obama menunjuk Clinton sebagai Menteri Luar Negeri dalam jajaran kabinetnya. Selama menjabat sebagai Menlu AS, Clinton keraap diguncang kritik.

Ia disebut-sebut sebagai salah satu tokoh yang menyebabkan invasi militer AS di Irak. Clinton juga dituding bertanggung jawab atas kurangnya pengamanan di Konsulat Jenderal AS di Benghazi. Akibatnya, gedung perwakilan itu diserang dan sang konsul jenderal pun tewas.

Tudingan itu pun terus menghantui Clinton hingga ia maju dalam bursa capres AS untuk pemilu tahun ini. Rivalnya dari Partai Republik, Donald Trump, kerap kali menggunakan tudingan itu untuk menyerang Clinton.

Jalan menuju Gedung Putih

Jalan Clinton dalam kampanye kali ini pun tak mulus. Salah satu sandungan terbesar adalah skandal penggunaan server pribadi untuk berkirim surat elektronik saat ia menjabat sebagai Menlu AS periode 2009-2013.

Skandal ini sebenarnya sudah ditutup pada pertengahan Juli lalu, dan FBI menyatakan bahwa tidak ditemukan tindak pidana terhadap Clinton. 

Namun, dua pekan sebelum pemilu, Direktur FBI James Comey memutuskan untuk meninjau kembali kasus itu dengan dalih pihaknya memiliki temuan terbaru, yang mungkin saja terkait dengan skandal email Clinton. 

Temuan terbaru FBI itu terkait dengan penyelidikan terpisah terhadap Anthony Weiner, suami dari ajudan Clinton, Huma Abedin, yang diduga melakukan pelecehan seksual melalui pesan pendek cabul kepada seorang gadis di bawah umur.

Keputusan ini memicu banyak pertanyaan karena diumumkan menjelang pilpres. Banyak pihak, termasuk Presiden Barack Obama, mengkritik FBI karena peninjauan kembali ini berpotensi membawa dampak pada pemilu.
Profil Hillary ClintonPada pemilu tahun ini, Clinton berhadapan dengan Donald Trump yang kerapa menggunakan skandal masa lalu untuk menyerang sang mantan Ibu Negara. (Reuters/Rick Wilking)
Dua hari menjelang pemilu, FBI akhirnya menyatakan bahwa tak ada tindak kriminal dalam skandal surel Clinton ini.

Meskipun masih diguncang skandal di hari-hari menjelang pemilu, jajak pendapat menunjukkan bahwa Clinton masih memegang kendali atas perolehan suara dalam pemilu kali ini.

Obama dan sejumlah pengamat menilai, kekuatan Clinton sebagai capres sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.

"Yang membedakan Hillary adalah setelah melalui semua ini, ia terus berjuang, dan dia tidak berhenti menuangkan perhatian, dan tidak pernah berhenti mencoba. Dia tidak pernah menyerah berjuang untuk kita, meskipun kita tidak selalu mengapresiasinya," kata Obama.

Ketika sudah dinyatakan kalah dari Trump dalam perebutan kursi Gedung Putih, Clinton dalam pidato kekalahannya terlihat tegar. Ia menasihati para pendukungnya, terutama perempuan, untuk tidak berhenti berjuang memecahkan "langit-langit kaca."

"Saya tahu kita masih belum menghancurkan langit-langit kaca yang tertinggi dan terkeras, tapi suatu saat kita akan melakukannya, dan semoga lebih cepat dari yang kita pikirkan saat ini," kata Clinton.

(has/has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER