Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua DPR Amerika Serikat Paul Ryan menegaskan bahwa para anggota dewan tidak tengah mempersiapkan pembentukan pasukan deportasi untuk memulangkan para imigran ilegal. Penegasan ini sehubungan dengan pernyataan presiden terpilih Donald Trump yang berjanji akan mendeportasi tiga juta imigran pelaku kriminal dari AS.
"Kami tidak berencana membentuk pasukan deportasi. Donald Trump tidak merencanakan itu," ucap Ryan kepada
CNN pada Minggu (13/11).
"Saya pikir kita harus menenangkan pikiran masyarakat. Itu bukan fokus kita saat ini. Fokus kita adalah mengamankan perbatasan. Hal pertama dan terpenting, sebelum kita masuk ke permasalahan imigrasi lainnya, adalah bahwa kita harus tahu siapa yang datang dan pergi, sehingga kita harus mengamankan perbatasan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komentar ini diluncurkan Ryan karena pada hari yang sama Trump menegaskan akan memenuhi janji kampanyenya soal pembangunan tembok di sepanjang perbatasan Meksiko, dalam wawancaranya dengan
CBS. Trump menegaskan, untuk sebagian area perbatasan akan dibangun tembok, sementara di area lainnya akan dibangun pagar.
Trump juga menekankan bahwa ia terlebih dahulu akan mendeportasi para imigran yang tersangkut kasus kriminal, kelompok geng dan perdagangan narkoba, yang jumlahnya berkisar tiga juta orang. Meski demikian, Trump belum menentukan kebijakan soal imigran yang tak terkait tindakan kriminal.
Dalam wawancara dengan
CNN, ketika ditanya soal apakah Ryan akan mendukung kebijakan Trump soal menerapkan tarif besar untuk komoditas impor dari Meksiko, politikus Partai Republik itu mengatakan akan mendukung reformasi pajak "tanpa efek samping, tanpa merusak kestabilan ekonomi."
Ryan juga mengaku dia sejalan dengan seruan Trump untuk mempertahankan sejumlah elemen dalam program kesehatan yang diusung Presiden petahana Barack Obama, Obamacare.
"Obamacare gagal, harus segera diganti. Kita akan melakukannya, kita antusias soal itu. Kita akan memperbaiki yang buruk dan melanjutkan elemen yang berjalan baik dalam program itu," tutur Ryan.
Ancaman deportasi memang kerap digaungkan Trump sejak masa kampanyenya, yang dimulai lebih dari setahun lalu. Kala itu, Trump berjanji akan memulangkan 11 juta imigran ilegal yang tinggal di AS tanpa dokumen keimigrasian yang lengkap. Selama masa kampanyenya, Trump juga berjanji akan mendeportasi keluarga imigran ilegal "dengan cara yang sangat manusiawi." Meski demikian, janji itu tidak terucap dalam wawancara terbaru dengan CBS tersebut. The Guardian menyebutkan bahwa sejumlah data penelitian menunjukkan, tidak ada keterkaitan khusus antara imigrasi dengan tindakan kriminal. Selain itu, tren imigrasi di AS berjalan stagnan selama beberapa tahun terakhir, bahkan tercatat lebih banyak imigran Meksiko yang meninggalkan AS ketimbang memasuki Negeri Paman Sam itu. AS juga telah memiliki infrasturktur besar untuk menangkap, menahan dan mendeportasi imigran. Selama delapan tahun terakhir, presiden petahana, Barack Obama sudah mendeportasi lebih dari 2,5 juta orang, jauh melebihi presiden AS lainnya. Obama juga telah melipatgandakan jumlah petugas dan pengawasan di perbatasan, serta mengontrak perusahaan penjara terbesar di AS untuk menyediakan infrastruktur penahanan imigran.
Pada masa pemerintahannya, Obama sudah mengajukan reformasi imigrasi, namun gagal lolos dari Kongres, yang didominasi pejabat Republik, pada 2013 dan 2014. Obama kemudian meluncukan aksi eksekutif untuk melindungi sejumlah imigran, terutama imigran muda tanpa catatan kriminal, dari deportasi.
Namun, Trump dalam janji kampanyenya, bersumpah akan mencabut kebijakan tersebut. (ama)