Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga bom rakitan meledak di sebuah pasar swalayan di wilayah selatan Yangon, Myanmar, pada Minggu (20/11) sekitar pukul 17.20 waktu setempat. Namun, tidak ada laporan korban terluka atau tewas.
"Tidak ada yang terluka dalam akibat tiga ledakan kecil petang ini. Menurut penyelidikan awal, ledakan itu akibat bom buatan tangan," ujar Menteri Sosial Kawasan Myanmar, Naing Ngan Linn, kepada
AFP.
Setelah ledakan tersebut, pasukan keamanan langsung menutup lokasi kejadian sambil membawa anjing pelacak. Menurut Naing, kepolisian dan tentara masih terus melakukan penyelidikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ledakan ini terjadi hanya berselang beberapa jam setelah dua warga sipil tewas dalam bentrokan di wilayah utara Myanmar yang berbatasan dengan China.
Bentrokan tersebut terjadi antara pasukan militer dan empat kelompok etnis bersenjata, termasuk Tentara Kachin Independen, menyulut kembali konflik berkepanjangan yang sudah membuat 100 ribu orang mengungsi.
Salah satu dari empat kelompok tersebut adalah Tentara Aliansi Demokrasi Nasional Myanmar. Namun, mereka mengaku tak ikut campur dalam ledakan di Yangon tersebut.
"Kami jantan. Kami bertarung dengan terbuka," ucap Phone Win Naing, juru bicara Tentara Aliansi Demokrasi Nasional Myanmar.
Perselisihan ini menambah tantangan besar bagi pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, dalam mewujudkan harapan kesepakatan damai di seluruh pedalaman negaranya yang terus bergolak, termasuk di Rakhine.
Selama satu bulan belakangan, bentrokan antara militer Myanmar dan etnis minoritas Muslim Rohingya kembali memanas.
Rangkaian bentrokan bermula ketika pada 9 Oktober lalu terjadi serangan serempak di tiga daerah di Rakhine, menewaskan sembilan polisi. Bentrokan kemudian terus terjadi. Militer Myanmar menuding, etnis Rohingya menyerang mereka terlebih dulu.
Pada Sabtu (12/11) saja, operasi militer di Rakhine menewaskan 19 warga Rohingya. Menurut data yang dilaporkan Reuters, jumlah korban hingga pekan lalu mencapai lebih dari 130 orang.
(has)