Myanmar Janji Selidiki Kekerasan Terhadap Rohingya

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Kamis, 24 Nov 2016 02:40 WIB
Hal ini disampaikan Menteri Muda Urusan Luar Negeri Myanmar saat berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi pada awal pekan ini.
Hal ini disampaikan Menteri Muda Urusan Luar Negeri Myanmar saat berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi pada awal pekan ini. (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Myanmar menyatakan akan menyelidiki kekerasan dan dugaan pelanggaran HAM yang menimpa etnis minoritas Muslim Rohingya. Hal ini disampaikan Menteri Muda Urusan Luar Negeri Myanmar saat berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi pada awal pekan ini.

“Bu Menlu sudah berkomunikasi dengan Menteri Muda urusan Luar Negeri Myanmar. Dalam percakapan itu juga pemerintah Myanmar sampaikan bahwa mereka sudah bentuk misi investigasi untuk menyelidiki dugaan kekerasan di sana,” ungkap juru bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir, Rabu (23/11), di Jakarta.

Selain membentuk tim investigasi, kata Arrmanatha, pemerintah Myanmar juga menyatakan telah membuka akses kemanusiaan untuk menolong etnis Rohingya di Rakhine.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam sambungan telepon itu, kata Arrmanatha, Retno juga menegaskan kepada Menteri Muda Myanmar pentingnya penyelesaian konflik kemanusiaan dengan tetap memperhatikan dan menghormati prinsip HAM bagi seluruh warga di Rakhine, tak terkecuali etnis minoritas Muslim Rohingya.

Retno pun menyatakan kepada Menteri Muda Myanmar bahwa Indonesia siap membantu menyelesaikan konflik kemanusiaan di sana melalui kerja sama. Selama ini, Indonesia kerap membantu Myanmar dengan mengulurkan asistensi pembangunan inklusif dan peningkatan kapasitas di Myanmar dengan cara membangun sarana prasarana pendidikan seperti gedung sekolah dan alat kesehatan.

Selain Menteri Muda Myanmar, Duta Besar Myanmar untuk Indonesia juga sempat bertemu dengan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (ASPASAF) Kemlu pada Senin (21/11) lalu di Jakarta. Duta Besar Myanmar untuk Indonesia berupaya mengonfirmasi situasi yang terjadi di sana.

“Disini Indonesia bukan mendesak, tapi lebih kepada mengupayakan kerja sama untuk memastikan bahwa pemerintah di Myanmar berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan seluruh warga di sana,” tutur Arrmanatha.

Bentrokan antara militer Myanmar dan Rohingya memanas sejak 9 Oktober lalu, ketika tentara melakukan gempuran di utara Rakhine. Dalam insiden itu, sembilan polisi tewas, satu hilang dan lima lainnya terluka.

Berdasarkan data dari militer Myanmar, bentrokan yang kian memburuk ini telah menewaskan sekitar 130 orang dan menyebabkan ratusan Rohingya mencoba melarikan diri keluar dari Myanmar menuju Bangladesh. Kekerasan terhadap etnis Rohingya ini diduga dilakukan oleh militer negara itu sendiri.

Konflik ini merupakan yang terparah sejak aksi kekerasan oleh kelompok Buddha radikal terhadap warga Rohingya pada 2012 lalu, yang menewaskan 200 orang dan menyebabkan 140 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Walaupun Myanmar telah melaksanakan pemilu demokratis pertama pada 2015 lalu, nampaknya negara tersebut belum benar-benar menerapkan nilai demokrasi nya.

Untuk itu, Arrmanatha menekankan, Indonesia sebagai negara demokrasi dan pemimpin ASEAN berupaya terus memberikan bantuan peningkatan kapasitas untuk memastikan demokratisasi di Myanmar bisa berjalan sesuai koridor yang sepatutnya.

“Indonesia sudah banyak berikan bantuan capacity building dalam konteks demokratisasi pelaksanaaan pemilu dan HAM di sana. Ini akan terus dilakukan Indonesia agar prisip demokrasi dan HAM dapat melekat dalam kebijakan pemerintah Myanmar di masa depan,” tutur Arrmanatha. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER