Jakarta, CNN Indonesia -- Sang pemimpin revolusi Kuba Fidel Castro wafat di usia 90 tahun pada hari ini, Sabtu (26/11). Kondisi kesehatannya telah memburuk sejak delapan tahun lalu. Meski penyebab kematiannya belum diumumkan secara resmi, Castro diduga selama ini mengidap penyakit diverticulosis sejak 2008 silam.
Berdasarkan penjelasan situs
WedMD, diverticulosis terjadi saat kantong-kantong yang dinamakan divertikulum yang berada di dinding usus besar mengalami peradangan atau infeksi.
Kemudian, jurnal Harvard Health memaparkan bahwa penyakit diverticulosis yang menjangkit usus besar telah menyebabkan 3.400 kematian di Amerika Serikat tiap tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip kantor berita
Reuters, penyakit infeksi usus yang diidap Castro selama ini tidak pernah dikonfirmasi oleh pemerintah Kuba.
Semasa hidupnya, Castro berulang kali meminta warga Kuba agar tidak mengkhawatirkan tentang kondisi kesehatannya setelah rumor penyakit diverticulosis ini berembus.
Castro pun menulis surat perpisahan kepada rakyat Kuba pada Januari 2009 yang kemudian dipublikasikan di surat kabar milik pemerintah.
"Saya baik-baik saja, namun saya mohon agar jangan ada yang merasa bertanggung jawab atas kondisi kesehatan atau kematian saya," tulis Castro.
Saat itu banyak berspekulasi bahwa hidupnya --saat itu ia 82 tahun-- tak akan lama lagi.
Partai Komunis di Kuba bahkan sudah bersiap-siap akan momen itu sejak Juli 2006, saat sang mantan presiden masuk rumah sakit dan harus mengalami operasi.
Saat itu kursi kekuasaan diserahkan pada sang adik, Raul Castro.
Kabar duka dari Kuba ini tetap mengejutkan. Tak menyangka sosok kuat dan pribadi yang keras itu, figur publik di kalangan militer dan pemerintahan, telah tiada.
Bagi sebagian komunitas eksil dari Kuba yang tinggal di Miami, kabar kematian Castro memang sempat dirayakan. Namun bagi pemuja gerakan kiri di mana pun di dunia, itu adalah kesedihan yang mendalam. Masih terkenang sosoknya yang identik dengan baju tentara hijau, topi, dan cerutu.
(hnf/vws)