Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani, menilai blokade yang diterapkan Israel terhadap Jalur Gaza di Palestina dan pertikaian kedua negara yang tak kunjung usai berisiko menyebabkan wilayah itu rentan digunakan untuk perekrutan ISIS.
Qatar, salah satu negara Teluk yang kaya akan minyak, merupakan pendukung utama Hamas, kelompok bersenjata yang berkuasa di Gaza selama hampir satu dekade terakhir. Hamas tak sejalan dengan pemerintahan Presiden Mahmoud Abbas yang didukung Barat dan juga berkonflik dengan Israel.
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani menyatakan bahwa blokade yang diterapkan Israel dan Mesir di Gaza telah menjadikan wilayah itu "penjara terbuka".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika kita membiarkan keadaan mereka seperti ini, maka orang-orang dari Daesh dapat merekrut mereka dengan mudah. Mereka dapat mulai beroperasi dari sana dengan mudah," katanya kepada
Reuters, menggunakan nama lain ISIS.
"Ini juga dapat mengubah Gaza sebagai landasan untuk ekstremisme dan terorisme. Itulah mengapa kita perlu mengakhiri ini," tutur Sheikh Mohammed.
Blokade yang diterapkan terhadap Gaza telah memutus jalur perdagangan, menyebabkan sekitar 2 warganya hidup dalam kemiskinan dan terus berjuang mencari pekerjaan. Israel dan Mesir menuduh Hamas sebagai kelompok teroris yang mengeksploitasi penderitaan warga Gaza untuk keuntungan politik.
Tudingan ini ditampik keras oleh Hamas. Kelompok ini menegaskan bahwa tidak ada teroris ISIS di wilayah Gaza.
Sementara, simpatisan ISIS di akun media sosial Twitter menuding bahwa Hamas menangkap sejumlah pendukung mereka di Gaza.
Qatar tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan hubungan yang renggang dengan pemerintahan Mesir yang didukung militer. Mesir menutup perbatasannya di Jalur Gaza sejak penggulingan Presiden Mohamed Mursi pada 2013 lalu.
Doha selama ini kerap membayarkan gaji para pekerja sektor publik di Gaza dan membangun rumah baru untuk warga Palestina yang hancur usai perang dengan Israel pada 2014. Selain itu, Qatar juga menampung pemimpin Hamas, Khaled Meshaal, sejak 2012.
Dukungan besar Qatar kepada Hamas yang berkuasa di Gaza itu dikecam oleh Israel dan pemerintah Palestina yang berbasis di Tepi Barat.
Sheikh Mohammed mengatakan bahwa upaya untuk terus mendorong persatuan Palestina dan pencabutan blokade Israel "tak boleh dilupakan" meski berbagai konflik lainnya tengah berlangsung di Timur Tengah.
"Kami percaya ini akan menjadi langkah untuk setidaknya membantu rakyat Gaza. Melupakan Palestina, menundanya hingga nanti, akan jauh lebih berisiko," katanya, mengacu pada upaya Palestina menciptakan sebuah negara di Tepi Barat dan Gaza.
(ama)