Perundingan Damai Mandek, Houthi Bentuk Kabinet di Yaman

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Selasa, 29 Nov 2016 19:25 WIB
Kabinet ini terdiri dari 42 menteri yang didistribusikan secara merata antara kelompok Houthi dan pendukung mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh.
Ilustrasi pasukan Houthi di Yaman. (Reuters/Khaled Abdullah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah mandeknya perundingan damai dengan pemerintah Yaman, pada Senin (28/11) kelompok pemberontak Houthi mengumumkan pembentukan jajaran kabinet yang dipimpin oleh Abdulaziz bin Habtour.

Seperti dilansir Al Arabiya, kabinet ini terdiri dari 42 menteri yang didistribusikan secara merata antara kelompok Houthi dan pendukung mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Kementerian pertahanan, urusan dalam negeri, dan hubungan luar negeri akan dipegang oleh para pendukung dari Saleh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, milisi Houthi mendapatkan sejumlah pos strategis lainnya, seperti keuangan, layanan sipil, perencanaan, kerja sama internasional, edukasi, informasi, hukum, dan peradilan.

Menanggapi pengumuman ini, Rajeh Badi selaku juru bicara dari Presiden Yaman, Abd Mansour Hadi, mengatakan bahwa keputusan ini justru akan mempersulit proses perundingan damai dengan pemerintah, bahkan dapat memicu lebih banyak pertumpahan darah.

Jajaran kabinet ini diumumkan di tengah ketidakpastian kelanjutan perundingan damai antara pemerintah Yaman dan Houthi yang dimediasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Diberitakan Reuters, dalam perundingan terakhir, Houthi sepakat untuk menyerahkan senjata berat dan menarik mundur pasukan dari kota-kota utama dengan timbal balik dapat berpartisipasi dalam pemerintah gabungan bersama jajaran kabinet Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi.

Namun, Hadi menolak draf kesepakatan tersebut. Hadi menegaskan bahwa ia merupakan pemerintah resmi yang diakui oleh masyarakat internasional.

Houthi pun tetap tegar tengkuk dan akhirnya mengumumkan akan memerintah wilayah Yaman yang berada di bawah kuasa mereka melalui Dewan Supremasi Politik.

Sementara itu, komunitas internasional terus mendesak semua pihak untuk segera merampungkan perundingan damai karena korban nyawa, termasuk dari warga sipil, terus berjatuhan.

Konflik ini memanas sejak September 2014, terus berlanjut hingga Houthi berhasil menduduki Istana Kepresidenan Yaman pada Januari 2015, memaksa Hadi untuk mengasingkan diri ke Arab Saudi.

Dengan dalih mendukung Hadi, Saudi pun melancarkan serangan udara ke Yaman untuk menggempur Houthi pada Maret 2015. Sejak saat itu, konflik ini sudah menewaskan setidaknya 10 ribu orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan di berbagai penjuru Yaman. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER