Mengintip 20 Halaman Daftar Tamu Pemakaman Fidel Castro

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Rabu, 30 Nov 2016 11:15 WIB
Daftar tamu upacara pemakaman manta Presiden Kuba Fidel Castro menunjukkan bagaimana posisi negara tersebut saat ini di dunia.
Perwakilan negara-negara sahabat Kuba akan menghadiri upacara pemakaman mantan Presiden Fidel Castro. (AFP/Alexander Joe, Dominique Faget)
Jakarta, CNN Indonesia -- Upacara pemakaman mantan Presiden Kuba Fidel Castro bisa jadi mempertemukan sejumlah tokoh yang mungkin tidak akan bertemu dalam kesempatan lain.

Diberitakan CNN, Rabu (30/11), dalam daftar tamu setebal 20 halaman ini ada berbagai tokoh dengan latar belakang berbeda, mulai dari kepala negara, kalangan raja, gerilyawan Marxisme hingga aktor Hollywood.

Di antaranya adalah mantan Raja Spanyol Juan Carlos I, Wakil Presiden partai buruh Korea Utara dan aktor penganut paham kiri Danny Glover.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, hampir semua kepala negara Amerika latin juga berencana hadir dalam upacara tersebut.

Yang patut menjadi sorotan adalah kehadiran presiden negara-negara kiri seperti Bolivia, Ekuador, Nikaragua dan Venezuela. Hal ini menunjukkan perubahan yang telah terjadi setelah Castro memimpin Kuba pada 1959 silam.

Pasalnya, tidak lama setelah revolusi, setiap negara di belahan bumi bagian barat kecuali Meksiko memutuskan hubungan dengan Kuba. Alasannya adalah perkembangan hubungan negara tersebut dengan Soviet.

Namun, berkat Castro, kawasan tersebut mulai dipenuhi dengan negara-negara yang menganut paham kiri. Sebut saja pemerintahan Daniel Ortega di Nikaragua yang berdiri dengan bantuan langsung dari pemimpin revolusi itu.

Yang menarik lagi adalah interaksi antara Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan Raul Castro yang meneruskan kepemimpinan Fidel.

Sejak mendiang Presiden Venezuela Hugo Chavez mulai menyadur gaya pemerintahan Kuba yang sosialis dan anti Amerika Serikat, kedua negara itu seolah melebur jadi satu. Namun, dengan harga minyak yang terus melonjak, Venezuela terpaksa memotong subsidi minyak ke Kuba.

Keputusan itu memicu spekulasi apakah hubungan kedua negara mulai runtuh.

Dari Kolombia, baik pejabat-pejabat pemerintahan maupun gerilyawan FARC turut hadir dalam upacara ini. Kehadiran kedua belah pihak juga menunjukkan perubahan Kuba dalam urusan luar negeri.

Berdekade lamanya, Kuba mendukung gerilyawan Marxis itu untuk menggulingkan pemerintahan Kolombia.

Namun, belakangan Kuba justru menyelenggarakan perundingan perdamaian dengan Kolombia yang pada akhirnya berujung kesepakatan kedua pihak.

Padahal, dalam kepemimpinan Castro, Kuba selalu mencoba menyebarkan revolusinya dengan cara mengangkat senjata.

Pengaruh ini tampak pada kehadiran Gerry Adams, mantan pimpinan Sinn Fein, sayap politik kelompok bersenjata Irlandia, IRA di antara antrian massal di Plasa Revolusi.

"Saya berada di sini karena Fidel adalah teman baik Irlandia," ujarnya.

Castro juga memengaruhi revolusi di Afrika. Kemarin, Presiden Zimbabwe Robert Mugabe juga tiba di Kuba untuk menghadiri acara memorial Castro.

"Fidel bukan hanya pemimpin kalian (warga Kuba), Fidel adalah pemimpin semua tokoh revolusi," kata Mugabe kepada televisi nasional ketika tiba di Bandara Jose Marti.

[Gambas:Video CNN]

Keluarga Tidak Hadir

Walau demikian, banyak juga pihak yang telah menyatakan tidak akan menghadiri upacara berkabung ini.

Bahkan, saudara perempuan Castro sendiri dipastikan tidak akan mengikuti acara tersebut. Juanita Castro telah menyatakan tidak akan meninggalkan tempat perasingannya di Miami.

Sementara anak dan istri Castro yang keberadaannya selama ini dirahasiakan negara belum diketahui apakah akan menghadiri upacara.

Selain itu, kepala negara Amerika Serikat dan Russia juga menyatakan tidak akan hadir. Padahal, kedua negara itu adalah yang paling memengaruhi posisi kuba dalam hubungan internasional.

Walaupun sempat berupaya memperbaiki hubungan dengan Kuba, Presiden AS Barrack Obama dipastikan tidak akan menghadiri upacara. Obama sebelumnya juga tidak menemui Castro ketika berkunjung ke negara tersebut.

Donald Trump, presiden terpilih yang akan segera menggantikan Obama, menjanjikan sikap lebih keras untuk Kuba. "Jika Kuba tidak mau memperbaiki kehidupan warganya, warga Amerika Serikat dan Amerika secara keseluruhan, saya akan memutuskan hubungan," kicau Trump. 

Kedutaan Besar di Havana adalah satu di antara beberapa perwakilan negara di Kuba yang tidak menurunkan bendera setengah tiang setelah Castro meninggal dunia. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER