Perdana Menteri Italia Akan Ajukan Pengunduran Diri

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 05 Des 2016 07:25 WIB
Pengunduran diri ini akan diajukan pada Senin (5/12) waktu setempat setelah Renzi kalah dalam referendum untuk mereformasi konstitusi.
Sejak mengajukan referendum, Renzi memang berjanji akan mundur jika gagasannya ini ditolak oleh sebagian besar rakyat. (Reuters/Umit Bektas)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, akan mengajukan pengunduran diri kepada Presiden  Sergio Mattarella pada Senin (5/12) waktu setempat, setelah kalah telak dalam referendum reformasi konstitusi yang ia gagas.

"Besok, Presiden akan bertemu dengan saya dan saya akan memberikan surat pengunduran diri saya. Saya bertanggung jawab penuh atas kekalahan ini dan saya mengaku kalah, bukan kalian," ujar Renzi dalam konferensi pers di Roma, seperti dikutip CNN.

Keputusan ini dilontarkan Renzi setelah proses pemungutan suara rampung. Hasil penghitungan suara menunjukkan bahwa rakyat yang memilih "tidak" bisa mencapai lebih dari 54 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak mengajukan referendum, Renzi memang berjanji akan mundur jika gagasannya ini ditolak oleh sebagian besar rakyat.

Gagasan referendum ini diajukan oleh Renzi untuk mengubah konstitusi dengan harapan dapat menggenjot kembali perekonomian Italia yang mengalami perlambatan.

Para pendukung referendum ini mengatakan, tujuan dari gagasan ini adalah untuk menyederhanakan sistem dalam pemerintahan Italia dengan memangkas jumlah anggota Majelis Tinggi Parlemen dari 315 menjadi 100.

Namun, para pengkritik referendum ini beranggapan bahwa pemangkasan tersebut dapat meniadakan pemeriksaan penting yang seharusnya dilakukan oleh majelis rendah.

Lebih jauh, hasil referendum ini dianggap akan menunjukkan gambaran pemilihan umum berikutnya. Dengan pengunduran diri dari PM dari Partai Republik ini, muncul spekulasi kemungkinan kemenangan partai anti-kemapanan, Gerakan Bintang Lima, dalam pemilu selanjutnya.

Hasil ini lantas kembali memantik ketakutan bertumbuhnya gelombang populisme di sekitar Eropa. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER