Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dijadwalkan akan mengunjungi pangkalan militer AS di kepulauan Hawaii, Pearl Harbor, bersama dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada akhir Desember ini.
Ini merupakan pertama kalinya seorang Perdana Menteri Jepang mengunjungi tempat yang menjadi saksi bisu Perang Dunia II.
Sekitar 75 tahun lalu, pesawat militer Jepang menyerang kawasan itu dan menewaskan setidaknya 2.400 prajurit AS dan warga sipil setempat. Serangan ini adalah pemicu keterlibatan AS dalam Perang Dunia II.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingin menunjukan kepada dunia kekejaman perang di masa lalu yang tidak boleh terulangi lagi," ungkap Abe seperti dikutip
The Guardian, Senin (5/12).
Abe juga mengungkapkan, kunjungan dirinya bersama Obama ini ditujukan untuk menenangkan jiwa para korban Perang Dunia II di sana. Ia sudah merencanakan kunjungan ini lebih dari setahun.
Dalam kunjungan yang dijadwalkan akan berlangsung pada 26-27 Desember ini, kedua pemimpin negara juga akan mengadakan pembicaraan bilateral di rumah dinas Obama di Hawaii.
Sementara itu,
Reuters melaporkan kunjungan Abe ke Hawaii bisa jadi semakin meningkatkan popularitas Abe yang kini bertengger di sekitar 60 persen. Kunjungan ke Pearl Harbor ini hanya berselang tujuh bulan setelah sebelumnya Obama mengunjungi Kota Hiroshima.
Obama menjadi presiden AS pertama yang mengunjungi Kota Hiroshima, di mana AS pernah menjatuhkan bom atom di akhir masa perang Dunia II dan menewaskan setidaknya 246 ribu jiwa termasuk warga sipil Jepang.
Jika serangan Jepang ke Pearl Harbor membuat Amerika ikut berperang, kejadian ini sebaliknya membuat negara matahari terbit menyerah pada sekutu.
"Kunjungan Abe ke Pearl Harbor direncanakan setelah Obama mengunjungi Hiroshima. Ini dilakukan Jepang sebagai timbal balik untuk mengubur masa lalu kelam antar keduanya," tutur Gerry Curtis, profesor di Colombia University.
Menurut Curtis, kunjungan ini juga menjadi pesan untuk China yang menunjukkan hubungan kuat antara Washington dan Tokyo. Keadaan ini diharapkan akan terus berlanjut pada masa pemerintahan AS yang baru di tangan Donald Trump.
Di sisi lain, keputusan Abe menuai sejumlah protes dan amarah di kalangan konservatif Jepang. Sejumlah warga Jepang menilai negaranya harus berhenti meminta maaf atas tindakan yang dilakukan di masa perang.
Meskipun merupakan seorang nasionalis, Abe kerap menerapkan pendekatan rekonsiliasi terkait tindakan Jepang di masa lalu, khususnya pada Perang Dunia II.
Tahun lalu, di saat peringatan ke-70 tahun kekalahan Jepang dalam perang, Abe mengungkapkan "penyesalan mendalam" dan "belasungkawa yang tulus" untuk para korban perang.
(aal)