Jakarta, CNN Indonesia -- China mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk mencegah Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, singgah di New York sebelum melakukan perjalanan kenegaraan ke Guatemala, Januari mendatang.
"China berharap AS tidak mengizinkan Tsai transit di sana dan tidak memberi sinyal apa pun kepada Taiwan terkait upaya memerdekaan Taiwan," ungkap Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan seperti dikutip
Reuters, Selasa (6/12).
Hingga saat ini, pemerintah Taiwan belum mengonfirmasi secara resmi kunjungan kenegaraan Tsai ke Guatemala ini. Namun, Menteri Luar Negeri Guatemala Carlos Raul Morales menyebutkan, Tsai dijadwalkan akan bertandang ke negara itu sekitar 11-12 Januari mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Media pemerintah Taiwan,
Taiwan Liberty Times, melaporkan bahwa Tsai dijadwalkan akan melakukan transit di New York sebelum melangsungkan perjalan kenegaraannya ke Guatemala, Nikaragua, dan El Salvador.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS menolak permintaan China tersebut dengan menyatakan bahwa izin transit bagi Tsai itu dilakukan sebagai bentuk, "sikap Washington mengenai hubungan tidak resminya dengan Taiwan yang sudah berjalan lama."
Juru bicara Kemlu AS, Mark Toner, membenarkan bahwa perjalanan kenegaraan Tsai ke beberapa negara Amerika Latin itu membuat Tsai harus beberapa kali singgah di New York.
Namun, Toner menyebutkan kementeriannya tidak memiliki informasi apakah Tsai akan bertemu dengan pejabat pemerintahan AS saat dirinya transit di New York nanti.
Seorang penasihat tim transisi pemerintahan Trump juga menyatakan kecil kemungkinan bahwa Tsai akan bertemu dengan taipan
real estate itu saat transit di New York.
Desakan ini dilontarkan Beijing hanya berselang beberapa hari setelah Negeri Tirai Bambu itu melayangkan kritik kepada presiden terpilih AS, Donald Trump, lantaran melakukan pembicaraan langsung dengan Tsai pada Jumat pekan lalu.
Pembicaraan ini merupakan kontak langsung pertama antara pemimpin AS dan Taiwan setelah 30 tahun.
Tindakan Tsai ini membuat China sangat curiga dan menduga presiden pro-demokrasi itu ingin mendorong upaya formal untuk memerdekakan Taiwan dari konstitusi China yang memiliki prinsip "Satu China."
Beijing kerap memprotes keras negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan China namun juga mencoba memiliki hubungan yang erat dengan Taiwan.
Kemlu China mengatakan prinsip "Satu China" yang menandakan Taiwan adalah bagian dari kesatuan republik China telah diakui dunia internasional. Karena itu, upaya kemerdekaan Taiwan dianggap sebagai sikap membangkang.
(has)