Pejabat Muslim AS Mengaku Dilecehkan Sopir Taksi

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Kamis, 08 Des 2016 17:56 WIB
Pejabat AS yang merupakan imigran Muslim asal Somalia mengalami pelecehan bermotif anti-Islam ketika menumpang taksi di Washington DC.
Pejabat AS yang merupakan seorang imigran Muslim asal Somalia mendapat perlakuan kebencian dan Islamophobia oleh sopir taksi. (Reuters/Juan Medina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pejabat pemerintah Amerika Serikat yang merupakan imigran asal Somalia mengaku mengalami pelecehan bernada anti-Islam ketika menumpang taksi di Washington DC.

Ihan Omar, perempuan Muslim yang telah tinggal di AS sejak 1995, mengaku mendapat perlakuan itu dari seorang sopir taksi usai menghadiri diskusi di Gedung Putih pada Rabu (7/12).

"Saya diancam dan menjadi sasaran kebencian, penghinaan, Islamophobia, ejekan seksis dan ancaman saat memasuki taksi yang hendak mengantarkan ke hotel," ungkap Omar dalam akun Facebook-nya seperti dikutip AFP, Kamis (8/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pengemudi taksi itu memanggil saya ISIS dan mengancam akan melepaksan hijab yang saya pakai," kata Omar menambahkan.

Usai kejadian tidak menyenangkan itu, Omar bergegas meninggalkan taksi dan menceritakannya melalui akun media sosial Facebook. Ia bahkan berencana melaporkan kejadian itu setelah kembali ke Minneapolis.

"Perasaan saya masih terguncang dengan kejadian ini, tidak menyangka bagaimana bisa seorang manusia berani melontarkan ujaran kebencian seperti itu terhadap umat Islam," tulis politikus yang terpilih sebagai perwakilan negara bagian Minnesota pada November lalu itu.

Kemenangan Omar di parlemen menjadi peristiwa penting bagi kaum minoritas di AS. Alasannya, Presiden terpilih AS Donald Trump kerap melontarkan sentimen xenophobia dan Islamophobia dalam masa kampanyenya.

Sejak mencalonkan diri sebagai presiden, taipan real-estate itu tak jarang menyudutkan kaum imigran dan bahkan menyebut warga Muslim sebagai masalah di negaranya. Perkataan Trump yang kontroversial ini dikhawatirkan semakin memperbesar masalah diskriminasi di AS. 

Tak sampai sepekan setelah Donald Trump dinyatakan sebagai pemenang pemilu presiden pada 8 November lalu, beberapa kasus rasisme, sentimen Islamofobia, dan xenophobia muncul di sejumlah daerah di negeri Paman Sam.

Sebuah grafiti berbau rasisme mencoreti salah satu dinding kamar mandi di gedung sekolah Minnesota High School. Tulisan lainnya yang terpampang di pintu kamar mandi bahkan bertuliskan "hanya untuk kulit putih", "Amerika kulit putih", dan "Trump". 

Sementara itu, seorang mahasiwi San Diego State University diserang oleh dua pria yang melontarkan komentar soal Trump dan Muslim. Kedua pria tersebut merampas tas serta kunci mobil korban. 

"Komentar yang dilontarkan kedua pria saat menyerang mahasiswi itu menunjukan bahwa dia menjadi target karena mengenakan jilbab dan merupakan seorang Muslim," ucap Presiden SDSU Elliot Hirshman dalam sebuah pernyataan.

Dia menganggap aksi itu sebagai tindakan kriminal dan ujaran kebencian.


November lalu, Biro Investigasi Federal (FBI) juga melaporkan bahwa insiden anti-Islam di AS pada 2015 melonjak 67 persen dari tahun 2014 hingga mencapai 257 kasus, mencapai angka tertinggi sejak 2001. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER