Jakarta, CNN Indonesia -- Sedikitnya 35 prajurit tewas dan 50 lainnya terluka akibat bom bunuh diri yang meledak di pangkalan militer Al-Sawlaban di Aden, selatan Yaman, Sabtu (10/12).
Pelaku bom bunuh diri mengaktifkan peledak yang terpasang di ikat pinggangnya, saat para prajurit di kamp tersebut tengah berkumpul untuk menerima gaji bulanan.
"Seorang penyerang bunuh diri membidik puluhan prajurit pro-pemerintah yang berkumpul untuk menerima gaji mereka yang tertunda di dalam Pangkalan Militer Al-Sawlaban, di dekat Bandar Udara Aden," kata sumber keamanan lokal yang tak ingin disebutkan namanya, dilansir
Xinhua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu sumber intelijen mengatakan pelaku bom bunuh diri menyamar dengan mengenakan pakaian militer dan meledakkan dirinya di kalangan banyak prajurit yang berbaris di sekitar pangkalan tersebut tanpa perlindungan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas aksi tersebut.
Mengutip
AFP, otoritas Yaman terus melakukan upaya guna menekan para jihadis yang terus aktif di kawasan selatan dan timur di negara tersebut.
Keamanan di Yaman telah memburuk sejak Maret 2015, ketika perang meletus antara kelompok Syiah Al-Houthi, yang didukung oleh mantan presiden Ali Abdullah Saleh, dan pasukan pemerintah, yang didukung oleh koalisi Arab pimpinan Arab Saudi.
Al-Qaida dan gerilyawan yang memiliki hubungan dengan ISIS, berusaha mengambil keuntungan dari konflik yang terjadi antara pemerintah dan gerilyawan Syiah Al-Houthi, yang menguasai ibu kota Sanaa. Kini konflik tersebut terus meluas ke arah selatan, termasuk Aden.
Kota terbesar ke-dua di Yaman itu, merupakan markas Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang didukung masyarakat internasional, dan pemerintahnya.
Al-Qaida di Jazirah Arab (AQAP), yang berpusat di Yaman dan juga dikenal dengan nama "Ansar Ash-Sharia", muncul pada Januari 2009, dan mengaku bertanggung-jawab atas sejumlah serangan teror terhadap lembaga pemerintah dan militer Yaman.
Lebih dari 10.000 orang telah tewas dalam pertempuran darat dan serangan udara sejak itu, banyak di antara mereka adalah warga sipil.
(les)