Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Selandia Baru, Bill English, mengumumkan susunan kabinet pemerintahan baru usai mengambil alih jabatan tertinggi dalam pemerintahan negara itu secara resmi pada pekan lalu.
"Tim kementerian baru ini dibentuk atas keberhasilan dan menyuguhkan campuran antara orang baru dan sejumlah menteri berpengalaman yang tetap melanjutkan tugas mereka atau diberikan tantangan baru," ujar English segaimana dikutip
AFP, Minggu (19/12).
Kepada wartawan, English memperkenalkan Paula Bennett sebagai wakil perdana menteri sekaligus menteri di bidang perempuan, pariwisata, kepolisian, perubahan iklim, dan pelayanan negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Steven Joyce, menteri senior dalam kabinet pemerintahan John Key, mengambil alih tugas English sebelumnya, yaitu menteri keuangan. Ia juga ditunjuk menjadi menteri infrastruktur.
Simon Bridges juga masih mempertahankan posisinya sebagai menteri transportasi. Ia juga ditunjuk English menjadi menteri ekonomi pembangunan dan menteri keuangan asosiasi.
Murray McCully akan tetap mempertahankan jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri Selandia Baru hingga pensiun pada 1 Mei 2017 mandatang, setelah menjabat selama delapan tahun.
Tiga menteri petahana yakni Amy Adams, Simon Bridges, dan Jonathan Coleman dikabarkan diboyong English dalam kabinet barunya itu.
English dilantik menjadi PM Selandia Baru pada pekan lalu untuk menggantikan John Key yang mengumumkan pengunduran dirinya secara mendadak pada awal Desember lalu.
Sejak pengumuman pengunduran diri Key, English memang sudah digadang-gadang menjadi pemimpin baru bagi Selandia Baru.
Sebagai Menteri Keuangan di era Key, English dianggap telah memberikan perkembangan yang relatif positif bagi perekonomian Selandia Baru, ketimbang negara maju lain dalam situasi global saat ini.
Namun, kepopuleran Key sebagai pemimpin Selandia Baru dianggap akan tetap sulit ditiru oleh English.
Sejumlah rintangan yang dihadapi English selama menjabat sebagai menkeu diperkirakan masih akan mengintainya, salah satunya mengenai kejatuhan harga susu dunia yang jelas merugikan negara pengekspor, termasuk Selandia Baru.
Selain itu, rendahnya inflasi membuat negara itu kelimpungan secara terus-menerus dalam beberapa tahun terakhir.
(has)