Udara Beijing Mulai Segar, Polusi Masih Selimuti China Utara

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Kamis, 22 Des 2016 13:30 WIB
Meski warga Beijing sudah bisa bernafas lega, tingkat polusi di kawasan China utara, termasuk di sekitar Beijing, masih tinggi.
Meski Beijing sudah bebas dari kabut asap, wilayah di sekitar kota itu masih dikelilingi polusi tinggi. (Reuters/Aly Song)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kabut asap di Beijing, China, mulai menipis setelah angin kencang membantu mengembalikan udara segar ke kota yang telah diselimuti polusi selama lima hari itu.

Indeks Kualitas Udara di Beijing sempat mencuat ke angka 400, pada Rabu (21/12) malam. Namun, pada Kamis (22/12) pagi, indeks menurun drastis ke angka 50.

Pemerintah Kota Beijing menyatakan status siaga merah juga sudah dicabut sejak Jumat (16/12) pekan lalu. Artinya, pembatasan darurat terhadap kendaraan dan pembangunan sudah bisa diakhiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, tingkat polusi di bagian utara China masih tinggi. Di antaranya termasuk daerah kota metropolitan seperti Tianjin dan provinsi Hebei yang mengelilingi Beijing.

Sementara itu, Shijiazhuang masih berada dalam keadan siaga merah.

Awal pekan ini, indeks polusi di Shijiazhuang bertahan di atas angka 500 selama lebih dari dua hari. Warga mengeluhkan kota terbesar di Hebei itu "menghilang" di tengah kabut asap.

Sejak akhir pekan lalu, 24 kota telah menetapkan siaga merah. Polusi yang menyebar luas sempat mengganggu penerbangan, lalu lintas dan pengapalan.

Kini, penerbangan di Beijing, Shijiazhuang dan Tianjin sudah kembali beroperasi.

Siaga merah adalah tingkat tertinggi dari sistem peringatan polusi. Status ini ditetapkan ketika indeks polusi diperkirakan akan melebihi angka 200 untuk lebih dari empat hari berturut-turut, 300 untuk dua hari atau 500 untuk setidaknya 24 jam.

China mulai memerangi polusi agar citranya di internasional tidak tercoreng oleh masa lalu yang sangat bergantung pada industrialisasi.

[Gambas:Video CNN]

Walau demikian, ternyata tingkat polusi sulit untuk dikurangi.

Siaga polusi biasa terjadi di bagian utara China, terutama pada musim dingin, ketika kebutuhan energi meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan itu, Beijing bergantung pada batu bara.

Sejumlah daerah di China bisa membakar ratusan ton batu bara setiap tahunnya hanya untuk mesin penghangat di gedung-gedung.

Presiden Xi Jinping menyatakan kebutuhan batu bara ini bisa digantikan oleh gas dan listrik, serta menekankan bahwa energi bersih mesti digunakan sebanyak mungkin. (aal/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER