Pesawat Libya Berisi 118 Orang Dibajak, Mendarat di Malta

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Jumat, 23 Des 2016 19:08 WIB
Sebuah pesawat penerbangan internal di Libya dibajak oleh seorang pria yang mengaku memiliki granat pada Jumat (22/12), dan terpaksa mendarat di Malta.
Sebuah pesawat penerbangan internal di Libya dibajak oleh seorang pria yang mengaku memiliki granat pada Jumat (22/12), dan terpaksa mendarat di Malta. (Reuters/Darrin Zamit-Lupi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah pesawat penerbangan internal di Libya dibajak oleh seorang pria yang mengaku memiliki granat pada Jumat (22/12) dan terpaksa dialihkan ke Malta. Pesawat maskapai Afriqiyah Airways itu membawa 118 orang.

Para pembajak menyatakan kepada kru pesawat bahwa dia "pro-Gaddafi" dan bersedia untuk membiarkan seluruh 111 penumpang hidup dan turun dari pesawat bertipe A320 Airbus itu. Namun, ia tak mau membebaskan tujuh awak pesawat jika tuntutannya tidak terpenuhi, menurut laporan Times of Malta yang dikutip Reuters.

Hingga kini belum jelas tuntutan apa yang diajukan pembajak, begitu juga soal informasi apakah pembajak bertindak sendiri atau berkelompok.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aparat langsung mengambil posisi beberapa ratus meter dari pesawat saat mendarat di landasan. Tidak ada satupun orang yang terlihat meninggalkan pesawat itu.

Mesin pesawat masih berjalan hingga 45 menit setelah mendarat pada pagi hari, menurut Times of Malta.

Akibatnya, semua penerbangan lain di Bandara Internasional Malta dibatalkan atau dialihkan.

Pesawat itu terbang dari Sebha, wilayah di sebelah barat daya Libya, menuju ibu kota Tripoli. Rute ini biasanya memakan waktu lebih dari dua jam.

Malta merupakan negara pulau kecil di kawasan Mediterania. Negara ini merupakan anggota Uni Eropa, berjarak sekitar 500 km sebelah utara dari Tripoli.

Perdana Menteri Malta Joseph Muscat berkicau, "Saya menerima informasi soal kemungkinan pembajakan dari penerbangan internal #Libya hingga dialihkan ke #Malta. Petugas Keamanan dan operasi darurat bersiaga."

Ia mengonfirmasi bahwa ada 111 penumpang, 82 di antaranya pria sementara 28 wanita dan satu bayi di pesawat itu.

Mantan pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, tewas dalam pemberontakan pada tahun 2011. Sejak itu, Libya terpecah menjadi dua faksi, masing-masing mengaku sebagai pemerintahan yang sah. (stu/stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER