Jakarta, CNN Indonesia -- Mario Soares, mantan presiden dan dikenal juga sebagai Bapak Demokrasi Modern Portugal meninggal dunia pada Sabtu (7/1) di usianya yang ke-92 tahun setelah dirawat di rumah sakit.
Pendiri Partai Sosialis Portugis itu menghabiskan beberapa dekade waktunya di dunia politik, dan berperan dalam keikutsertaan negara itu di Uni Eropa. Ia menjadi Presiden Portugal dari 1986 hingga 1996 setelah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan Perdana Menteri.
Pemerintah Portugal mengumumkan tiga hari masa berkabung dari Senin, dan pemakaman resminya dilakukan pada Selasa, seperti dilansir AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini kita kehilangan seseorang yang beberapa kali menjadi wajah dan suara untuk kebebasan, yang ia perjuangkan selama hidupnya," ujar Perdana Menteri Antonio Costa.
Soares sebelumnya dirawat di rumah sakit di Lisbon pada 13 Desember, dan meskipun kondisinya menunjukkan kemajuan, ia kemudian koma dan tak pernah membaik setelahnya.
Pihak rumah sakit tidak merilis resmi penyebab kematian Soares, akan tetapi kerabat dekat mengatakan ia tidak pernah sembuh total dari penyakit yang dideritanya sejak 2013. Kesehatannya terus memburuk terutama setelah kematian istrinya pada Juli 2015.
Antonio Guterres, Sekjen PBB yang baru, menyebutkan Soares sebagai 'salah satu dari pemimpin politik yang berpengaruh di Eropa dan juga dunia.'
Mantan Presiden Brazil, Dilma Roussef mengatakan Soares 'dikagumi oleh masyarakatnya dan disegani karena pencapaiannya."
Pejuang kebebasanLahir di Lisbon, pada 7 Desember 1924, Mario Alberto Nobre Lopes Soares dibesarkan dalam keluarga yang menentang kepemimpinan diktator Antonio Oliveira Salazar.
Di tingkat internasional, Soares juga dikenal sebagai tokoh politik besar. Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy, menyebutnya 'figur berpengaruh dalam demokrasi Portugal.'
Soares juga merupakan 'simbol dari perlawanan akan pemerintahan diktator dan transisi negaranya ke demokrasi' ujar Kepala Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker.
Presiden Perancis, Francois Hollande menyebutkan demokrasi Portugal telah kehilangan 'salah satu pahlawannya,' Eropa, salah satu pemimpin terbaiknya, dan Perancis, salah satu teman loyalnya.'
Kepala Parlemen Eropa, Martin Schulz menggambarkan Soares sebagai 'lebih dari sekadar figur bersejarah, tapi juga inspirasi. Ia berperan dalam meningkatkan makna kebebasan, persamaan dan martabat bangsa.'
(rah)